Selasa, 29 Desember 2015

TEKNIK BIMBINGAN KONSELING DAN CONTOHNYA



Mata Kuliah
Pengantar BKI
 
Dosen Pengampuh
Nurjanis,S.Ag.MA


TUGAS MANDIRI
TEKNIK BIMBINGAN KONSELING
DAN CONTOHNYA
 


                                 



DISUSUN

NEILA RAHMA ARFINA : 11542204226
1C
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PEKANBARU.RIAU
2015-2016

A.   TEKNIK-TEKNIK BIMBINGAN KONSELING

Teknik-teknik dalam bimbingan dan konseling merupakan langakah awal yang harus di pahami oleh para konselor. Dibawah ini akan dijelaskan beberapa teknik dalam konseling yang  yang lazim digunakan dalam tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling.
1.      Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Hal ini dimaksudkan untuk mengenal anak beserta gejala-gejala yang nampak, sehingga anak bisa mandiri. Perilaku attending yang baik dapat :
a.       Meningkatkan harga diri klien.
b.       Menciptakan suasana yang aman
c.        Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas
Contoh perilaku attending yang baik :
a.       Kepala                    : melakukan anggukan jika setuju
b.      Ekspresi wajah      : tenang, ceria, senyum
c.       Tangan                  : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah- ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan

Contoh perilaku attending yang tidak baik :
a.       Kepala : kaku
b.      Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
c.       Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.

2.     Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan
Terdapat dua macam empati, yaitu :
a.      Empati primer yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.
Contoh ungkapan empati primer :” Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda”.”Saya dapat memahami pikiran Anda”.” Saya mengerti keinginan Anda”.
b.      Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya.
Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu”.
3.     Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
a.       Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan adalah”
b.       Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
Contoh : ” Tampaknya yang Anda kataka”
c.        Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan suatu…”
4.     Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :
a.       Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan.
Contoh :” Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan”
b.       Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.
Contoh : ” Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja”.
c.        Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien.
Contoh :” Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda”
5.     Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor.
Tujuan paraphrasing adalah :
a.       untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien
b.      mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan
c.       memberi arah wawancara konseling; dan
d.       pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien.
Contoh dialog :
Klien    :”itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya.   Saya tidak tahu mengapa demikian.
Konselor         :”Tampaknya anda masih ragu.”
6.     Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
Contoh : ” Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan?
7.      Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk :
a.       mengumpulkan informasi;
b.       menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan
c.        menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
Contoh dialog
Klien               :” Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan.
Konselor         :”Biasanya Anda menempati peringkat berapa ?
Klien              : “Empat.
Konselor         : “Sekarang berapa ?
Klien               : “Sebelas.
8.     Dorongan minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan : oh.., ya.., lalu.., terus.., dan.Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.
9.     Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
Contoh dialog :
Klien               :”Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya.”
Konselor         : ” Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA”.
10.  Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
Klien               : ”Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit.”
Konselor         : ”Bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda.”
11.    Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk:
a.       memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan
b.      menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap;
c.       meningkatkan kualitas diskusi
d.      mempertajam fokus pada wawancara konseling.


Contoh :
” Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan dulu agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi materi pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal: pertama, tekad anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan hadapi, yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masu
12. Leading (Memimpin )
            Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa adakalanya klien terlalau ber-belit menyampaikan permasalahannya bahkan mealntur dari inti permasalahan , dalam hal ini seorang konselor diharapkan memiliki keterampilan untuk memimpin percakapan agar tidak menyimpang dari permasalahan sehingga tujuan konseling yang utama dapat tercapai sesuai sasarannya.
Contoh
Klien               : “Saya memang tidak lagi menyukainya. Itu mungkin salah...tapi bagaimana bila saya bekerja ditempat yang jauh ? yah.. walaupun sebenarnya saya juga ingin menikah dalam waktu dekat’.
Konselor          :”Bagaiman bila kita membicarakannya satu persatu dahulu . Tadi anda katakan bahwa anda tidak lagi mencintainya. Mengapa anda tidak mencintainya lagi ?”
13. Konfrontasi
            Senyum dengan kepedihan, dan sebagainya
Klien               : “Sebenarnya dia tidak menyakiti saya ( wajah murumg, tangan digenggam, ekspresi sedih )”.
Konselor          :” Anda mengatakan bahwa dia  tidak menyakiti anda, tapi mengapa saya melihat wajah anda begitu sedih ketika mengatakan itu ?”
14. Menjernihkan
            Ketika klien menyampaikan permasalahannya dengan kurang jelas atau samar-samar bahkan dengan keraguan , maka tugas konselor adalah melakukan klarifikasi untuk memperjelas apa yang ingin disampaikan oleh klien. Konselor harus melakukannya dengan bahasa dan alasan yang rasional sehingga mudah dipahami oleh klien.
Contoh
Klien               : “Saya tidak mengrti sipa sebenarnya ynag harus saya ikuti? Ayah saya atau ibu saya ?”
Konselor          :” Bisakah anda sampaiakan kepada saya , siapakah diantara mereka berdua yang selalu mengambil keputusan dalam keluarga anda ?”

15. Memudahkan
            Memudahkan klien agar bisa menyampaiakan maslahnya dan knselor mendengarkan dan memberi saran kepada klien cara mengatasi permasalahan tersebut.
Contoh
Klie     : “Saya yakin anda dapat berbicara apa adanya , karena saya akan mendenagrkan dengan sebaik-baiknyab?”
16. Diam
            Dalam proses konseling adanya seorang konselor perlu untuk bersikpa diam. Adapaun alasan konselor hal ini dapat dikarenakan konselor yang menunggu klien berfikir , bentuk protes karena klien berbicara dengan berbelit-belit atau menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara. Diam disini bukan berarti tidak ada komunikasi akan melainkan tetap ada yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang paling ideal, diam itu paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan minimal.
Contoh
Klien               : “Saya tidak akan menemuinya lagi .. dan saya ( berpikir )
Konselor          :    .....(Diam )

17. Mengambil  inisiatif
            Konselor juga harus dapat mengambil inisiatif apabila klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam , dan kurang partisipatif. Konselor . mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntskan diskusi. Selain itu , inisiatif juga diperlukan apabila klien kehilangan arah pembicaraannya.
Contoh
Konselor          : “Bukankah sebelumnya anda mengatakan ingin segera menyelesaikan masalah anda. Tetapi mengapa sekarang anda lebih banyak diam... apa yang menjadi..?
18. Memberi Nasihat
Contoh
Konselor          : “Seperti yang kita ketahui, anda adalah orang yang paling mengetahui bagaimana bersikap lebih baik kepada suami anda sendiri. Apakah anda merasa saya pantas untuk memberikan pandangan kepada andaa ? “
19. Memberikan  Informasi
            Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan pemberian nasihat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan bahwa konselor tidak mengetahui informasi, sebaiknya upayakan agar klien tetap mengusahakannya.
Contoh
Kkonselor        : “Sebelumnya saya mohon maaf , kalau anda menanyakan tentang cara pengobatan diabetes, saya sama sekali tidak mengetahui obatnya. Bagaimana bila anda menanyakannya langsung kepada dokter anda”.
20. Merencanakan
            Tahap perencanaan disini maksudnya adalah membicarakan kepada klien hal-hal apa yang akan menjadi program atau aksi nyata dari hasil konseling . Tujuannya adalah menjadikan klien produktif setelah mengikuti konseling.
Contoh : “Proses konseling ini telah berakhir , lalu rencana apakah yang akan anda lakukan setelah ini...”
21. Menyimpulkan
            Bersamaan dengan berakhirnya sesi konseling , maka sebaiknya konselor menyimpilkan keseluruhan yang terjadi dalam proses konseling.
Contoh : “ Saya rasa anda telah mengalami beberapa kemajuan yang berarti , oleh karenannya  bisakah kita buat kesimpulan akhir dari pembicaraan kita ini ?”

            Teknik –teknik konseling inilah yang menjadi panduan bagi konselor dalam proses konseling . oleh karenanya, teknik ini dapat diabaikan begitu saja oleh konselor yang profesional. Teknik-teknik ini tidak bersifat mengikat dan kaku. Konselor dapat menvariasikannya dengan teknik lain bila diperlukan.

CONTOH PERISTIWA DALAM  BIMBINGAN KONSELING
           
Seorang gadis remaja yang bersekolah disalah satu sekolah menenagah pertama (SMP ) yang mengalami buli oleh teman-teman sekolahnya karena kondisi fisiknya yang gemuk , dia mengalami buliying verbal dan fisik. Ia menjadi seorang siswa yang pendiam dan takut karena mengalami tekanan dari teman-temannya. Dan menjadi sosok siswa yang pendiam dan tidak lagi terbuka, dia menghilang dari keluarganya kabur, dan keluarga sangat khawatir ,guru-guru dan pihak sekolah juga turut prihatin dengan kondisi yang dialami oleh dianndra.
Orangtua nya konsultasi kepada konselor, konselor menyarankan keada orangtua seharusnya bisa menjadi orangtua juga sahabat bagi anaknya , agar terbuka dan anak bisa mengekspresikan perasaan yang dialaminya. Konselor memberikan semangat dan dukungan kepada klien agar terlepas dari beban fikiran yang dialami dengan menceritakan dan konselor menasehati agar bisa mnjadi gadis yang ceria lagi dan jangan takut untuk mnegatakan tidak terhadap orang yang berbuat sewenang-wenang kepada kita.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar