PERKEMBANGAN ISLAM DI MALAYSIA DAN RESPON PEMERINTAH
DI SUSUN
NEILA RAHMA ARFINA 11542204226
II.C
JURUSAN
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS
DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
PEKANBARU
2016
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Atas berkah dan inayah-Nya penulisan
makalah Perkembangan dan Respon
Pemerintah Terhadap Islam di Malaysia ini dapat diselesaikan. Salawat dan
salam dihaturkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad Saw. Karena
beliaulah kita dapat menikmati alam yang terang benderang ini.
Penulisan
dari makalah Perkembangan dan Respon
Pemerintah Terhadap Islam di Malaysia ini merupakan tugas kelompok yang
harus diselesaikan. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat mendorong dan
membantu para mahasiswa/i dalam proses perkuliahan. Adapun bagi para pembaca
makalah ini berguna terutama untuk menjadi konselor yang baik sesuai ajaran
Agama Islam.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah bekerja sama, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Mudah-mudahan Allah Swt. membalas amal baik tersebut.Amin.
Pekanbaru,
1 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................
i
DAFTAR
ISI............................................................................................................ii
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang...................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3
Tujuan................................................................................................................1
1.4
Manfaat..............................................................................................................1
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Perkembangan
Islam Di Malaysia....................................................................2
2.2
Faktor
Pendorong Penyebaran Islam Di Malaysia...........................................2
2.3 pusat penyebaran islam di
nusantara................................................................6
2.4 Pengaruh
Islam Dalam Pendidikan .................................................................9
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan.....................................................................................................13
3.2
Kritik
dan Saran..............................................................................................13
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahasa melayu
adalah bahasa Islam yakni lahir dalam peradaban muslim di Asia Tenggara. Dalam
khazanah kesusastraan Melayu , para ulama telah membangun dan menggunakan
bahasa melayu Islam . watak kedua ini telah berpengaruh pada pusaran kebudayaan
Melayu dalam lingkungan masyarakat muslim di Malaysia.
Sudah banyak karya
sejarah tentang perkembangan umat Islam dengan berbagai kelebihan dan
kekurangan namun tuntunan kepada para sejarawan untuk tetap bisa menuliskannya
kembali dengan berbagai prespektif dan analisis tampaknya masih terus
dibutuhkan. Islam semakin berkembang dan upaya dari kaum muslimin untuk
memperluas ajaran islam adalah salah satu bentuk jihad dijalan Allah.
1.2 Rumusan Maasalah
Berdasarkan
uraian di atas, dapatlah dirumuskan permasalahan dalam tulisan ini adalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana
perkembangan Islam di Malaysia?
2.
Faktor
apa sajakah yang mendorong penyebaran agama Islam?
3.
Bagaimana
pengaruh Islam dalam dunia pendidikan?
1.3
Tujuan
1.Mengetahui perkembangan, faktor
pendorong penyebaran Islam Malaysia
1.4 Manfaat
1. Memebrikan
pemahaman dan wawasan kepada pembaca tentang perkembangan Islam di Malaysia
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan dan Respon Pemerintah Terhadap Islam di Malaysia
2.1
Perkembangan Islam Di Malaysia
Hubungan Nusantara dengan Asia Barat
sejak zaman Islam dikatakan berlaku sejak abad ke-17 Masehi . berpedoman kepada
beberapa fakta sejarah yang terdapat saat ini sama ada dalam bentuk laporan,
catatan , situasi kebudayaan masyarakat dan inskripsi-inskripsi , ahli sejarah
berpendapat terutama sejarahan daerah
berpendapat kedatanagn Islam ke Nusantara berlaku pada abad ke-7 dan ke-8
Masehi . sedangkan sejarawan Barat berpendapat kedatangannya berlaku sekitar
abad ke-13 Masehi. Di tanah Melayu kebanyakan para sejarawan daerah
mengandaikan kedatangannya di sekitar abad ke-9 dan pada abad ke-12 Masehi.
Kebanyakan sejarawan Barat berlaku di sekitar abd ke- 15 Masehi yang
bermula dari Malaka. Namun berdasarkan kajian yang lebih menyeluruh di samping
sejak abad ke- 7 dan ke-8 Masehi.[1]
2.2
Faktor Pendorong Penyebaran Islam Di Malaysia
Terdapat beberapa faktor yang moendorong penyebaran Islam secara
positif. Antar faktor-faktor tersebut
yaitu :
a.
Faktor
perlombaan penyebaran agama
b.
Faktor
perkawinan
c.
Faktor
Perdagangan
d.
Faktor
pengusaan syahbandar
e.
Faktor
politik dan penaklukan
f.
Faktor
kepribadian golongan dakwah dan ahli-ahli sufi
g.
Faktor
penulis dan susastraan
h.
Faktor
kedudukan Islam.
a.
Perlombaan Penyebaran Agama
Bermula dari berbagai tekanan dan kekuasaan perlombaan pentebaran
agama lebih kuat diusahakan , di pulau Jawa nampaknya orang- orang Islam mendahului
orang portugis dalam menyebarkan agama. Adipati Demak telah meluaskan penagruh
Islam dengan menakluki Jawa Barat , dimana Bantam dijadikan pusat
penyebarannya. Selain dari Aceh ketik bertanggung jawab menyebarkan Islam di
Sumatera , Brunei juga turut menengmbangkan Islam di pulau Borneo.
Negeri-negeri di Tanah Melayu termasuk Malaka walaupun ditindas tetap berusaha
bagi mneyebarkan Islam, begitu juga dengan negeri-negeri lain disemananjung
terutama negeri-negeri di sebelah utara seperti Kedah, Kelantan dan Terengganu
melipatgandakan penyebaran Islam terutama menulusuri institusi pondok.[2]
Sementara itu di pulau Malaka orang Portugis menyebarkan agama
Kristen, sementara anak-anak Raja di pulau tersebut berusaha dengan giatnya
menyebarkan agama Islam untuk memberantas pengaruh Kristen.
b.
Faktor Perkawinan
Bagi mengembangkan lagi dakwah Islamiah,perkawinan juga dapat
memainkan peranan secara lebih mantap dan berkesan. Perkawinan yang berlaku
disini adalah perkawinan antara saudagar-saudgar Islam dan pembesar –pembesar
negeri. Begitu juga perkawinan antara seorang raja dengan putri-putri Raja di
negeri Jiran atau negeri yang ditaklukinyan . kedua struktur perkawinan itu
merupakan faktor pendorong dalam menyebarkan agama Islam.
Seseorang saaudagar Islam mislnya bila perkawinan dengan
gadis-gadis pribumi sama ada dengan keturunan bangsawan atau rakyat jelata,
besar kemungkinan kaum keluarga dan kerabat sebelahohak istrinya mulai dan
menaruh minat untuk mengetahui seluk-beluk agama Islam. Lebih-lebih lagi
saudagar tersebut memiliki harta kekayaan.karena menerusi kekayaan juga
kedudukan seorang itu dinilai dan disanjung tinggi, justru itu bukan saja dapat
mempengaruhi kaum keluarga istrinya bahkan masyarkat sekitar.
c.
Faktor Perdagangan
Kegiatan perdangan antara Arab, Farsi dan India dengan Nusantara dikatakan
telah berlaku sejak beberapa abad sebelum masehi hingga ke zaman kedatangan
Islam pada abd ke-7 dan ke- 8 Masehi . sejak awal Islam pedangang-pedangang di
Nusantara mereka telah memperkenalkan agama suci itu di mana-mana saja
pelabuhan yang mereka singgahi. Dari sifat mulia dan kepribadian yang tinggi
serta amalan agama Islam yang dianut oleh mereka. Situasi tersebut
menyebabkan mereka senantiasa disanjung
tinggi dan dipercayai oleh segenap lapisan masyarakat. Mereka bukan saja
diberbagai keistimewaan sebagai pedagang bahkan ada kedudukan tinggi di
istana-istana
Pada abad ke-14 hingga ke-17 Masehi , kegiatan perdagangan di
Nusantara begitu maju dan menggalakkan. Dalam abad ke-14 Masehi kegiatan
persaganga dimainkan oleh Malaka , sedangkan aktivitas perdagangan di abad
ke-16 dan ke-17 Masehi pula diambil oleh kerajaan Aceh dan kerajaan Demak di
Jawa. Menurut fakta sejarah , ketika malaka mencapai taraf perdagangan
Internasional , menyebabkan beberapa orang pedagang jawa telah memeluk Islam.
Pedagang –pedagang tersebut telah kembali ke Jawa untuk mnyebarkan agama Islam
yang dianut mereka di kawasan masing-masing. Justru itu Werheim pernah berkata
bahwa , “Tanah Jawa di Islamkan Oleh Malaka”. Dengan itu jika ditelilti secara
mendalam tidak dapat di bedakan bahwa kegiatan perdagangan di Nusantara
merupakan antara faktor utama bagi mengembangkan agama Islam.[3]
d.
Faktor Penguasaan Syahbandar
Syahbandar merupakan orang yang bertanggung jawab penuh untuk
menjalankan urusan sebuah pelabuhan , maju dan mundur , aman dan gawat sebuah
pelabuhan itu adalah bergantung kepada kebijakan seorang syahbandar. Selain
dari peranan utamanya untuk memajukan pelabuhan ia juga boleh memainkan peranan
sampingan mengembangkan agama Islam. Syahbandar bukan saja golongan terpenting
di kalalangan pedagang tetapi juga terpenting dikalangan raja-raja. Kedudukan
mereka begitu penting dan berpengaruh bahkan sekaligus menjadi penasehat kepada
Raja-raja. Mereka boleh mempengaruhi Raja untuk melipatgandakan kemajuan
perdagangan dengan memberi keutamaan dan kemudahan kepada pedagang –pedagang
Islam.menerusi itu pendakwah pendakwah-pendakwah diberi kebebasan bergerak bagi
menyebarkan agama Islam serta mendalami hukum. Hukuman bukan saja dikalngan
Raja tetapi juga dikalangan rakyat. Dengan itu secara tidak langsung kegiatan
portugis terutama dalam bidang perdagangan dan penyebaran agama Kristen dapat
diatasi. [4]
e.
Faktor Politik dan Penaklukan
Penaklukan juga merupakan antara faktor yang tidak yang kurang
penting dalam penyebaran Islam d Nusantara. Penaklukan yang dilakukan oleh
sebuah negeri Islam ke atas negeri-negeri lain bukan saja menjadikan Raja dan
pembesar-pembesar negeri yang ditaklukan terdorong menganut Islam sebelumnya,
penaklukan tersebut memberi peluang bagi meningkatkan penyebaran agama suci
itu.
f.
Kepribadian Golongan Dakwah dan Ahli-ahli Sufi
Pendakwah-pendakwah merupakan golongan ulama yang berwibawa dalam
dalam penyebaran Islam , mereka bukan saja memiliki berbagai ilmu Islam secara
mendalam bahkan amat bertaqwa kepada Allah disamping mempunyai kepribadian
muslim sempurna. Justru itu mereka sangat dihormati dan disanjung tinggi oleh
masyarakat, bukan saja oleh orang Islam tetati juga yang bukan Islamkepribadian
dan tinda tanduk mereka senantiasa dicontoh , kata-kata mereka merupakan
kata-kata hikmah yang senantiasa dipatuhi.
Diantara pendakwah yang kedapatan di Nusantara ialah golongan Sufi
atau ahi tasawuf . Mereka terdiri daripada orang-orang yang sangat bertaqwa
kepada Allah dan berakhlak mulia. Pribadi dan ketokohan juga pengorbanan suka
rela mereka untuk menyebarkan Islam di daerah tersebut menjadikan golongan
Raja-raja amat terpengaruh dengan Islam.
G.
faktor penulisan dan kesusastraan
Penulisan dan
kesusastraan juga menjadi faktor penting dalam menyebarkan islam di Nusantara.
Seperti yang diketahui bahwa serentak
dengan kedatangan islam, lahirlah ilmu pengetahuan karena agama dan ilmu itu
merupakan yang sering bergarntungan antara satu sama lain. Al-Quran merupakan
kitab suci agama islam dan induk kepada semua ilmu pengetahuan., justru itu
Al-Quran itu wajib dibaca serta perlu mengetahui segala asas ilmu yang
terkandung di dalamnya. Sehubungan dengan itu pengkajian Al-quran merupakan
mata pelajaran yang terpenting dalam kurikulum pendidikan islam disamping
ilmu-ilmu asas yang lain, bagi memudahkan pembacaan Al-Quran dan sesuai dengan
makhraj (bunyi huruf) selaras dengan kalimat-kalimat arab, ulama-ulama dan
mubaligh islam telah memperkenalkan huruf jawi berdasarkan abjad arab campuran
farsi dan barbar.
Galakan membaca
Al-Quran dengan sacara tidak lansung dapat mengubah masyarakat nusantara dari
hidup berpoyah-poyah kepada hidup membaca dari buta huruf kepada suasana ilmu.
Meneruskan huruf jawi bukan saja memudahkan membaca Al-Quran bahkan dapat
mengembangkan penggunaan bahasa. Kitab-kitab agamayang membicarakan Usuluddin,
Faedah, Tasawwuf dan lain-lain ditulis denganmenggunakan huruf jawi. Situasi
demikian merubah tanggapan dan mempengaruhi budaya masyarakat dari sebelumnya,
arahan dan perintah ikut ditulis dengan menggunakan huruf jawi.
Buku-buku
kesusastraan yang berbentuk terjemahan
menganai kisah-kisah yang berkaitan dengan pribadi rasulullah dan
sahabat-sahabat juga ditonjolkan. Seperti hikayat nabi wafat, hkt nabi mengajarkan anaknya
Fatimah, hikayat nabi-nabi dan lain-lain. Penulisan dan kesusastraan terutama
dalam pembacaan Al-Quran dan kisah-kisah Nabi dan perjuangannya membangitkan
minat untuk membaca dan secar tidak lansung ajaran islam dapat disebarkan
dengan mudahnya di Nusantara.
H. faktor kedudukan islam
Islam adalah agama
Samawi, agama yang berasaskan wahyu Allah ,suatu syariat yang quddus amat
bersesuai dengan fitrah manusia. Ia begitu lengkap dengan peraturan dan
disiplin dalam semua aspek kehidupan manusia, yang sekali-kali tidak terdapat
kontroversi dengan akal pikiran. Begitu rasional dan sesuai dengan semua lapisan
manusia dalam pertukaran zaman dan keadaan tempat. Dalam konteks ini, islam
telah menegaskan bahwa semua manusia itu sama,tidak ada perbedaan derajat
antara mereka disisi Allah, islam menyatakan bahwa manusia berasal dari Adam dan adam itu dijadikan dari tanah,
tidak ada yang lebih mulia antara keturunan arab dengan yang bukan dari
keturunan arab. Atas dasar inilah ia boleh mendorong penduduk-penduduk
nusantara mengkaji dan menerima islam sebagai agama mereka.
Disamping itu
islam juga memberikan jaminan dan keadilan sosial kepada semua penganutnya
tanpa membedakan antara golongan atasan
dengan bawahan antara kaya dan miskin. Islam menekankan dasar persaudaraan yang
bersifat universal. Agar hidup berakasih sayang, tolong menolong, hormat
menghormati dan lain-lain.
Semua unsur-unsur
keunggulan sosial tersebut merupakan daya tarikan kuat bagi manusia khususnya
penduduk nusantara berminat dengan islam. Oleh karena itu islam begitu sesuai
dengan fitrah manusia dan ajaarannya mudah diamalkan, lengkap mengikuti segenap
aspek kehidupan, menjadikan ia mudah oleh semua penduduk d nusantara.
Sebagai
kesimpulannya dapat dinyatakan, walaupun terhadap tiga pendapat atau teori
mengenai islam itu dari tanah arab adalah lebih tepat. Karena kemunculan islam
itu sendiri adalah dari tanah arab dimana segala aspek saikologi dan sosiologi
serta tanggung jawab beragama, kemungkinan besar pendakwah-pendakwah arab lebih
mendahului para pendakwah yang lain.
2.3
pusat penyebaran islam di nusantara
A.kerajaan pasai (1279-1409)
kedatangan islam
ke Sumatra utara seperti yang dibawa oleh para sejarawan pribumi adalah berlaku
sejak abad ke-7 atau ke-8 masehi. Kenyataannya adalah seperti dikumpulkan kepada beberapa laporan awal
serta catatan-catatan terutama catatan cina. Menurut fakta sejarah memang
terapat hubungan perdagang antara orang-orang arab dengan nusantara sejak
sebelum kedatangan islam lagi. Kelahiran islam disemenanjung tanah arab pada
awal abad ke-7 masehi. Kedatangan mereka ke nusantara khususny di sumatera utara yang mempunyai
pelabuhan penting ketika itu, disamping menjalankan kegiatan perdagangan ada
kemungkinan bedar mereka memperkenalkan islam ke penduduk nya.
B. Kerajaan Malaka (
1409 -1511 M )
Malaka ketika itu
merupakann sebuah kampung kecil didiami sebagian kecil kaum-kaum nelayan yang
kerja mereka sebagian perampok kapal-kapal dagangan yang datang dari barat ke
timur. Beliau dilantik menjadi pemerintah oleh pengikutnya dan penduduk asal
disana. Lamaan Malaka mulai menjadi ramai dan masyur , lebih –lebih lagi
setelah tibanya orang-orang Minangkabau untuk membuka kawasan tempat tinggal.
Pada
abad ke-15 Masehi, Malaka merupakan pusat kegiatan agama dan kebudayaan Islam
di Asia Tenggara. Setelah kejatuhannya di tanga Protugis pada tahun 1511 Masehi
peranan yang dimainkanya selama ini telah lenyap. Namun demikian dengan kemunculan
kerajaan Aceh negeri itu berhasil mengambil alih tugas-tugas yang dimainkan oleh
Malaka sebelumnya.
Raja Ibrahim menjadi Raja Aceh pertama bergelar
Sultan Alaiddin Ali Mughayat Syah (1511-1530 M). Pada zaman kegemilangannya, Aceh
merupakan sebuah empayar Islam yang gagah serta berpengaruh Asia Tenggara.
Mempunyai wilayah takluk yang luas di Sumatera dan juga Tanah Melayu seperti Haru
(Aru), Deli, Siak, Ashan, Tanjung Balai, Panai, Rokan, Indra Giri dan Salida.
Bagaimana
pengaruh perdagangan yang berulang di perairan Selat Malak, Aceh member bermacam-macam
kemudahan dan perlindungan kepada pedagang-pedagang di pelabuhan, terutama di
pesisirpantai Barat Sumatera. Dengan demikian ia juga dapat mengaluhpan danganpan
dan bagi menggunakan pelabuhan di Pantai Barat Sumatera terutama pada zaman pemerintahan
Sultan Alauddin al-Mukammil (1598-1604 M).
Dasar
kerajaan Aceh sejak dari zaman Ali Mughayat Syah (1511-1530 M)untuk menghancurkan
Portugis di Malaka motif tersebut Aceh senantiasa mengimbangi semangat dan pengaruh
Portugis saja dari aktivitas perdagangan, bahkan dari segi politik dan agama. Dengan
itu Aceh meniupkan semangat jihad bagi menentang kuasa dan pengaruh Portugis di
daerah ini.
Aceh merupakan musuh utama Portugis ketika
itu senantiasa di serang oleh penjajah Malak itu, tetapi semua serangan yang
dilakukannya dapat dipatahkan oleh Aceh. Pada 1521 Masehi, tentara Aceh Berjaya
menewaskan tentara Portugis yang dibantu oleh Pidie. Pidie ditawan dan panglima
Portugis; Joge Brito dapat dibunuh. Pada tahun 1547 Masehi yaitu pada zaman
Sultan Alaiddin Riayat Syah II (1539-1572 M). Aceh cobamen yerang dan mengepung
Portugis di Malaka tetapi gagal. Kemudian pada tahun 1568 sekalilagi Aceh
menyerangPortugis, tetapi tidak berhasil juga karena Portugis mendapat bantuan dari
Goa, Kedah dan Johor. Di zaman Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam (1607-1636 M),
Aceh secara besar-besaran menyerang Portugis sebanyak dua kali, pertama pada tahun
1615 Masehi dan pada tahun 1629 Masehi. Kedua serangan tersebut menemui kegagalan.
Walaupun
serangan–serangan yang dilakukan Aceh itu gagal tetapi dari serangan tersebut
member kesan yang besar dari sudut penyebaran Islam. Sebab dari tantangan tersebut boleh menghalang
Portugis supaya tidak dapat melakukan kegiatan politik dan agama secara bebas.
Aceh merupakan sebuah kerajaan yang
terbesar di Asia Tenggara terutama dalam abad ke-16 dan ke-17 Masehi, wilayah kekuasaan
yang merangkum seluruh Sumatera dan sebagian dari Semenanjung Tanah Melayu.
Kerajaan-kerajaan kecil yang ditaklukan, disatukan dan dileta di bawah kekuasaannya
sehingga ia dianggap sebagai sebuah empayer Islam yang terbesar dan amat berpengaruh
di Asia Tenggara. Di Tanah Melayu, negeri-negeri yang termasuk di bawah jajahannya
ialah Selangor, Pahang, Perlak Tamiang, Singkel, dan Barus.
Bagi
mengkukuhkan lagi status politik dan penyebaran Islam, Aceh telah mengadakan hubungan
persahabatan dan diplomatic dengan negara-negara Islam lain, terutama dengan
India (Gujerat dan Mlabar), Turki Makkah dan Mesir. Meneruskan hubungan tersebut,
Aceh berpetualang memperkuat lagi peranannya dalam usaha penyebaran Islam di
samping memajukan ekonomi, politik, ketentaraan dan kebudayaan. Akibat dari hubungan
tersebut pada zaman Sultan Alauddin Riayat Syah (1539-1571), kerajaan Turki telah
mengirimkan ke Aceh alat-alat senjata dan ahli-ahli dalam mencipta alat senjata
serta 40 orang penasehat tentara untuk melatih angkatan tentara Aceh bagi menggunakan
meriam.
Pada
zaman Sultan Alauddin Manshur Syah (1581-1587 M) pula, datang beberapa orang
ulama dari Timur ke Aceh antaranya seperti Sheikh Abdul Qadir ibn Hjar Sheikh
Muhammad Yamin dari Makkah. Dari Gujerat ialah sheikh Muhamad Jailani Ibn
Muhammad al-Raniri. Begitu juga pada zaman pemerintahan Sultan-sultan yang lain
terutama pada zaman Sultan IskandarMuda Lam (1607-1636 M).
2.4
Pengaruh Islam Dalam Pendidikan
1. Pengajian Islam di Malaka
Kedatangan
Islam ke Tanah Melayu pada peringkat awal dikatan berlaku pada abad ke-12
Masehi. Institusi pendidikan Islam di negeri-negeri Melayu dimulai dari Malaka
yang merupakan sebuah kerajaan Melayu-Islam yang teragung di daerah ini sekitar
abad ke15 Masehi.Menurut sejarah, Malaka bukan saja sebagai sebuah kerajaan
yang begitu luas pemerintahannya tetapi sangat terkenal sebagai sebuah kerajaan
yang begitu aktif dalam bidang pengajian dan pendidikan Islam.
Sejak
penerimaan Islam oleh para meswara pada tahun 1414 Masehi, kegiatan agama dan
pendidikan Islam di usahakan secara bersungguh-sungguh oleh ulama-ulama dan
mubaligh-mubaligh. Dari kegiatan dakwah dan pendidikan Islam itulah mereka
berasil merubah sikap dan konsep di masyarakat terhadap pegangan agama,
kedudukan dan ilmu pengetahuan.
Menurut
Hall, istana-istana Malaka selain berfungsi sebagai pusat pengajian Islam ia
juga menjadi pusat dakwah oleh ulama-ulama untuk menyebarkan Islam di daerah
ini. Hal ini ditegaskan :
“Merekajuga,
memperkenalkan intelek-intelek dan ulama-ulama Islam untuk memperkuat lagi
pengajian Raja-Raja itu dan untuk menumbuhkan pusat-pusat penyebaran agama
Islam. Istana-istana menjadi pusat pengajian Islam dan mengeluarkan banyak juga
hasil-hasil sastra yang sebagian besarnya masih lagi terdapat pada saat ini”
Ketertiban
golongan istana dengan penuh kesadaran dan bertanggungjawab menjadi alat
penggerak utama dalam memajukan pelajaran dan pendidikan Islam di Makkah.
Peranan jihad bidang tersebut melanjutkan sehingga kezaman kejatuhannya pada
tahun 1511 Masehi.
Kekalahan
Malak di tangan Portugis pada tahun tersebut mulai tercatat sejarah hitam bagi
seluruh bangsa Melayu Semenanjung, baik dalam bidang politik, ekonomi,
kebudayaan maupun pendidikan. Kedatangan Portugis merupakan printis jalan
kepada bangsa-bangsa Eropa lain menjajahi Tanah Melayu selanjutnya secara silih
berganti selama lebih kurang 5 abad.
Zaman
Munshi Abdullah dalamabad ke-19, mengenai kelanjutan tradisi pembelajaran
seumpama itu ditegaskan :
“Dari
zaman nenek moyang tidak pernah pula orang menaruh tempat belajar bahasa Melayu
melainkan mengaji Qur’an saja. Dan patut belajar bahasa Arab, karena berguna
bagi agama dan bagi akherat”.
Pusat
ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam juga berjalan terus hingga abad ke-18 dan
ke-19 Masehi. Mengenai struktur pengajian di masjid Munshi Abdullah menegaskan
:
“Hatta
kemudian dari itu maka bapak kumemberi hokum akan daku katanya; Hendaklah
engkau pergi pada tiap-tiap hari lepas sembahyang Magrib mengaji dalam masjid,
karena dalam masjid itu beratus-ratus orang akan keluar masuk”
2. Ke Arah Pendirian Sekolah Melayu
Oleh
pelajaran Al-Qur’an merupakan mata pelajaran dasar atau asas dala kurikulumnya, rata-rata masyarakat Melayu
menanamkannya sebgai “ Sekolah Qur’an “ . kesadaran mengubah struktur pengajian
tradisional Melayu, kepada tahap yang lebih dan sempurna oleh penjajah Inggris
, telah terbayang pada awal abad ke-19 Masehi .
3. Kemunculan Pondok di Tanah Melayu
Pengaruh pelajaran dan pendidikan Islam yang berakar
semenjakkedatangan Islam ke Tanah Melayu yang beroperasi di rumah, mesjid dan
surau masih berwibawa selepas kejatuhan Malaka penjajah-penjajah Barat
khususnya penjajah Inggris abad ke-19 Masehi, telah mengembal sikap diplomasi
untuk merubah struktur pengajian Islam yang berpusat di rumah terkenal sebagai
“Sekolah Qur’an “ itu dijadikan “Sekolah Melayu”. Namun demikian pengajian
Islam yang diasingkan di seblah sore , terkenal sebagai “ Sekolah Sore” ,
tetapi berfungsi bagi kelanjutan hidup pelajaran dan pendidikan Islam peringkat
awal yang menjadi warisan bangsa.[5]
Namun tidak semua orang melayu berada hanya sekedar pengajian di
sekolah sore namun diantara mereka ada yang berusaha mempertingkatkan pengajian
Islam ke tahap yang tinggi. Kemajuan pelajaran dan pendidikan Islam di Malaka
sehingga mencapai ke taraf pengajian pondok teruma pada zaman kemajuan telah
disentuh sebelumnya.
Bahasa melayu adalah bahasa Islam yakni lahir dalam peradaban
muslim di Asia Tenggara. Dalam khazanah kesusastraan Melayu , para ulama telah
membangun dan menggunakan bahasa melayu Islam . watak kedua ini telah
berpengaruh pada pusaran kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat muslim
di Malaysia.[6]
Namun kini , setelah proses latinasi hampir berhasil , umat Islam telah
kehilangan bahasa dan aktivitas tulisan Melayu yang dekat dengan Islam ( Qur’an
) . ini bisa jadi merupakan indikasi kemerosotan budaya Islam akibat tuisan
Melayu tidak digunakan lagi.
Disemenanjung Malaya , pada abad ke X daerah kekuasaan kerajaan
Malaka telah menerima Islam. Sampai saat ini Islam mejadi agama resmi negera
federasi Malaysia.[7]
Di malaysia , penduduk muslim tidak lebih dari 55 persen dari
seluruh jumlah penduduk. Meskipun tidak semua orang muslim adalah Melayu,
secara konstitusional, orang Melayu mesti muslim.[8]
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Perkembangan Islam di Malaysia sangat berkembang pesat, ada
beberapa faktor yang mendorong penyebaran Islam di Malaysia. Yaitu, faktor
perlombaan penyebaran agama,faktor perkawinan,faktor Perdagangan,faktor
pengusaan syahbandar,faktor politik dan penaklukan,faktor kepribadian golongan
dakwah dan ahli-ahli sufi,faktor penulis dan susastraan,faktor kedudukan Islam.
Faktor tersebut menjadi hal yang menjadikan luasnya Islam di Malaysia. Dan juga
adanya pondok di malaysia, masyarakat banyak yang menuntut ilmu dan memper
dalam Islam guna untuk semakin faham dan tahu tentang Islam, agar tidak
menyimpang dari ajarannya.
3.2
Kritik dan Saran
Penulis sangat menyadari
bahwasanya makalah ini dalam penjabaran materi masih banyak kekurangan dan
kesalahan.
Untuk itu kami {penulis} mengharapkan kritik
dan saran yang membangun serta mengarahkan penulis untuk dapat mengetahui
kekurangan maupun kelebihannya, sehingga kita dapat sama-sama mempelajari dan
membahas untuk mengasah kita menjadi orang yang berilmu pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakar,Abu Mohammad .1989. Islam dan
Nasionalisme pada Masyarakat Melayu Dewasa Ini. Jakarta : LP3ES
M.Ag,Suhaimi.H.Drs.2006.Cahaya Islam Di Ufuk Asia Tenggara.Pekanbaru
:Suska Pers
M.A Azra Azyumardi,Dr.Prof.2007.Studi Kawasan Dunia Islam.Jakarta:
Rajawali Pers
Naquib al-Attas, Muhammad Syed.1990.Islam
dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu Bandung: Mizan
[1] Suhaimi,Cahaya
Islam di Ufuk Asia Tenggara ,(Pekanbaru: Suska Pers. 2006) hlm.83
[3] Ibid hlm. 86-87
[4] Ibid
[5] Suhaimi.Cahaya
Islam Di Ufuk Asia Tenggara .( Pekanbaru :Suska Pers .2006 ) hlm.121
[6] Syed Muhammad
Naquib al-Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu ( Bandung: Mizan
,1990).hlm.68
[7] Undang-undang
federal menyatakan bahwa Islam adalah agama federasi. Undang-undang federal
bag. 1 pasal 3(1)
[8] Mohammad Abu
Bakar ,”Islam dan Nasionalisme pada Masyarakat Melayu Dewasa Ini”( Jakarta :
LP3ES,1989) .hlm. 165
Tidak ada komentar:
Posting Komentar