MASALAH-MASALAH KLIEN
OLEH
NEILA RAHMA ARFINA :11542204226
III B
JURUSAN BIMBINGAN
KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2016
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Atas berkah dan inayah-Nya penulisan
makalah Masalah-masalah Klien ini dapat
diselesaikan. Salawat dan salam dihaturkan kepada junjungan alam Nabi besar
Muhammad Saw. Karena beliaulah kita dapat menikmati alam yang terang benderang
ini.
Penulisan
dari makalah Masalah-masalah
Klien ini merupakan
tugas kelompok yang harus diselesaikan. Diharapkan dengan adanya makalah ini
dapat mendorong dan membantu para mahasiswa/i dalam proses perkuliahan. Adapun
bagi para pembaca makalah ini berguna terutama untuk menjadi konselor yang baik
sesuai ajaran Agama Islam.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah bekerja sama, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Mudah-mudahan Allah Swt. membalas amal baik tersebut.Amin.
Pekanbaru, 8 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Manfaat.............................................................................................................. 2
1.4Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Klien................................................................................................. 3
2.2 Pengertian Masalah............................................................................................ 3
2.3 Masalah-masalah Klien...................................................................................... 4
2.3.1 Masalah Kecewa (Dissapointed Problem).............................................. 4
2.3.2Masalah
Frustasi (Frustration Problem)................................................... 5
2.3.3 Masalah Kecemasan (Anxiety Problem).................................................. 5
2.3.4 Masalah Stres (Stress Problem)............................................................. .. 7
2.3.5 Masalah Depresi (Depression Problem.................................................. 8
2.3.6 Masalah Konflik (Conflict Problem)..................................................... .. 9
2.3.7 Masalah Ketergantungan (Dependence Problem)................................. 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 11
3.2 Kritik dan Saran.............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Konseling adalah upaya memberi bantuan kepad indivu secara tatap
muka guna membantu menyelesaikan masalahnya, dengan memberdayakan kemampuan
individu tersebut. Dalam proses konseling konselor berperan sebagai pembimbing,
pengarah saj kepada klien. Hasil akhir dari pengambilan keputusan klien lah
yang menentukkannya. Oleh karena itu konselor dituntut untuk mampu mendengar,
memahami, merespon terhadap permasalahan yang sedang dialami oleh kliennya,
konselor mampu menguasi teknik-teknik konseling dan faham terhadap semua proses
konseling karena kunci keberhasilan utama dari konseling terletak pada proses
pertama yakni membangun hubungan dengan klien. Apabila pada tahap awal sudah
mampu menciptakan raport maka tahap selanjtnya akan dilaksanakan dengan baik
pada proses konseling.
Berbicara soal konseling, klien yang datang kepada konselor
mempunyai karakter yang berbeda, dan permasalahan yang berbeda. Banyak masalah
yang dialami oleh klien baik yang berhubunga dengan fisik maupun psikologis.
Masalah yang berhubungan dengan fisik seperti susah tidur, kurang itirahat,
kuarng fokus dan lain sebagainya. Dan masalah yang berkaitan psikologi seperti
depresi, kecewa, stres, kecemasan, frustasi, dan lain sebagainya. Kedua masalah
tersebut sangat mempengaruhi kondisi klien menjadi kurang baik. Oleh karena itu
konselor dibutuhkan oleh para klien yang tidak mampu menangani masalah yang ada
pada dirinya.
Oleh sebab itu penulis mengankat judul makalah ini masalah-masalah
klien diharapkan calon konselor nantinya mampu memahami dengan mudah
maslah-masalah apa saja yang di alami oleh klien secara umumya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasrkan
uraian diatas dapat dirumuskan rumuan maslaah sebagi berikut:
1.
Apa
pengertian klien?
2.
Apa
pengertian masalah?
3.
Apa
saja masalah yang dihadapi oleh klien?
1.3
Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
1.
Mengetahui
Pengertian klien
2.
Mengetahui
pengertian masalah
3.
Mengetahui
apa saja masalah-masalah klien
1.4 Manfaat
Manfaat dari
penulisan makalah ini adalah:
1.
Menambah
ilmu pengetahuan bagi psikolog, konselor, mahasiswa penulis khusunya mengenai
masalah-masalah klien
2.
Sebagai
bahan pendukung prose perkuliahan mata kuliah psikologi konseling
BAB II
PEMBAHASAN
Masalah-masalah Klien
2.1
Pengertian Klien
Klien merupakan semua individu yang diberi bantuan oleh seorang
konseor atas permintaan dia sendiri ataupun permintaan orang lain.[1]
Disamping itu klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan
dengan masalah yang dihadapinya.
Namun demikian keberhasilan mengatasi masalah itu sebenarnya sangat
ditentukan oleh pribadi klien itu sendiri.[2]
Adapun klien yang datang atas kemauan diri sendiri karena dia sadar didalam
dirinya ada sesuatu kekurangan atau masalah yang memerlukan bantuan seorang
ahli.
2.2
Pengertian Masalah
Dalam kehidupan manusia selelalu mejumpai hambatan, rintangan dan
kesulitan dalam usaha mencapai tujuannya. Masalah tersebut timbul bila individu
atau kelompok masayarakat berbuat yang menyimpang dari norma-norma yang
berlaku.
Menurut Sapari Imam Asy’ary masalah adalah kenyataan yang tidak
meringkankan dalam hidup, baik perasaan pikiran, kemauan terhadap perasaan sal
yang diharahasiakan oelh seorang menyadari dirinya dan cara mencapainya.
Masalah dalam kamus konseling adalah suatau keadaan yang mengakibatkan seorang
atau kelompokmenjadi rugi/sakit melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut WS.Winkel dalam bukunya” Bimbingan Dan Konseling
Di Sekolah Menengah” masalah adalah suatu yang menghambat, merintangi,
mempersulit dalam mencapai usaha untuk mencapai tujuan.[3]
2.3 Masalah-masalah Klien
Pada dasarnya setiap individu menghadapi permasalahan dalam
hidupnya dalam jenis dan intensitas yang berbeda. Diantara masa-masalah
individu tersebut, beberapa masalah dapat dipecahkan sendiri tanpa intervensi
konselor,sedangkan masalah lainnya masih belum bisa diselesaikan sehingga
mereka membutuhkan bantuan konselor. Pada umumnya masalah emosi klien yang cara
penyelesaiannya membutuhkan bantuan konseling adalah:
1.
masalah
kecewa
2.
masalah
frustasi
3.
masalah
kecemasan
4.
masalah
stres
5.
masalah
depresi
6.
masalah
konflik
7.
dan
masalah ketergantungan.
Diantara keenam masalah ini dapat dialami klien secara bersamaan,
misalnya di samping klien mengalami masalah kecewa, ia juga menderita masalah
frustasi,kecemasan,begitu juga masalah yang lain.
2.3.1 Masalah Kecewa (Disaponted Problem)
Kecewa merupakan bentuk gannguan emosi yang ditimbulkan oleh
ketidakserasian antara apa yang diinginkan konseli dan kenyataan yang terjadi.
Seorang siswa merasa kecewa karena mendapatkan pelayanan yang tidak memuaskan
di sekolah, seorang mahasiswa merasa kecewa karena dosennya tidak hadir memberi
kuliah tanpa pemberitahuan sebelumnya, seorang pegawai merasa kecewa karena
janji perusahaan menaikkan gaji tidak direalisasi, dam masih banyak peristiwa
lain yang dapat menimbulkan rasa kecewa.[4]
Konseli yang mengalami kekecewaan berlarut-larut tanpa penyelesaian
dapat menimbulkan kompleks terdesak yang dapat mengakibatkan kegelisahan,
frustasi, salah ambil,salah ucap, dan mimpi sesuatu sebagai wujud adanya
keinginan yang tidak terpenuhi. Konseli yang gagl menyelesaikan masalah ini
sebaiknya minta bantuan konseling kepada konselor, agar problem ini dapat
direduksi dan dihilangkan, sehingga tidak merangsang timbulnya masalah ini.
2.3.2 Masalah Frustasi (Frustration Problem)
Frustasi ialah suatu bentuk kekecewaan yang tidak terselesaikan
akibat kegagalan yang sering terjadi di dalam mengerjakan sesuatu atau akibat
tidak berhasil dalam mencapai cita-cita. Konslei yang mengalami frustasi,
biasanya menampakkan gejala minat kerjanya menurun, tidak mau melakukann usaha
lagi, dn kehilangan kepercayaan pada dirinya. Pada umumnya layanan konseling
diberikan kepada konseli untuk membantu membangkitkan minat dn motivasi pada
aktivitas lain yang lebih cocok dengan potensi konslei, teknik ini disebut
sublimasi.[5]
2.3.3 Masalah Kecemasan (Anxiety Problem)
Kecemasan ialah suatu keadaan atau kondisi emosi yang tidka
menyenagkan, dan merupakan pengalaman yang smar-samar disertai dengan perasaan
yang tidak berdaya dan tidak menentu (Lazarus, 1978). Pada umumnya kecemasan
bersifat subjektif, yang ditandai dengan adanya perasaan tegang,khawatir,
takut, dan disertai adanya perubahan fisiologis, seperti peningkatan denyut
nadi, perubahan pernapasan, dan tekanan darah. Mahasiswa akan mengalami
kecemasan bila menghadapi situasi yang membahayakan dirinya, seperti ujian mata
kuliah yang dianggap paling sulit,belum mendaptkan persetujuan pada saat revisi
skripsi, dan sebagainya.[6]
Kecemasan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Gilmer
(1978), kecemasan dibedan menjadi dua, yaitu kecemasan normal dan kecemasan
abnormal. Adapun Lazarus dan Spielbelger yang dikutip Kendall (1978) juga
membedakan kecemasan menjadi dua, yaitu: state anxiety dan trait
anxiety.
a.
Kecemasan Normal
Kecemasan normal adalah suatu kecemasan yang derajatnya masih
ringan, dan merupakan suatu reaksi yang dapat mendorong konseli untuk
bertindak, seperti: menunjukkan kurang percaya diri, dan juga dapat melakukan
mekanisme pertahanan ego, contoh: memberikan suatu alasan yang rasional atas
kegagalan yang dialaminya.[7]
b.
Kecemasan Abnormal
Kecemasan abnormal adalah suatu kecemasan yang sudah kronis, adanya
kecemasan tersebut dapat menimbulkan perasaan yang sudah kronis, adanya
kecemasan tersebut dapat menimbulkan perasaan dan tingkah laku yang tidak
efisien, misalnya mahasiswa harus mengulang ujian, karena ujian pertama belum
lulus.[8]
c.
Kecemasan State Anxiety
Suatu kecemasan disebut state anxiety bila gejala kecemasan yang
timbul dianggap sebagai suatu situasi yang mengancam individu. Misalnya,
konslei merasa terancam atas kemungkinan kegagalan yang pernah dialaminya pada
tahun yang lalu. [9]
d.
Trait Anxiety
Trait anxiety merupakan kecemasan sebagai keadaan yang menetap pada
individu. Kecemasan ini berhubungan dengan kepribadian indivisu yang
mengalaminya. Konseli yang mempunyai trait anxiety tinggi cenderung untuk
menerima situasi sebagai bahaya atau ancaman, dibanding konseli ynag menderita
trait anxiety rendah, sehingga mereka akan merespon situasi yang mengancam
dengan kecemasan yang lebih besar intensutasnya.
Konseli yang mengalami kecemasan tersebut di atas, pada dirinya
timbul reaksi-reaksi tertentu. Pada dasarnya reaksi kecemasan ini dapat
dibedakan menjadi reaksi fisiologi dan psikologi. Reaksi fisiologis adalah
reaksi tubuh, terutama oleh organ-organ yang diatur oleh saraf simpatetis,
seperti jantung,pembuluh darah,kelenjar,pupil,mata,sistem pencernaan, dan
sisitem pembuangan. Denga adanya kecemasan, maka satu atau lebih organ-organ
dalm tubuh akan mengalami penigkatan fungsinya, seperti jantung berdebar-debar,
sering buang air kecil, perut rasanya nyeri, keluar keringat dingin, gemetar,
dan sirkulasi darah tidak teratur. Reaksi psikologis adalah kecemasan yang
biasanya disertai oleh reaksi fisiologis, seperti adanya rasa tegang, kebingungan,
merasa terancam, tidak berdaya, rendah diri, kesulitan memusatkan perhatian,
dan kesulitan berkonsentrasi.
2.3.4 Masalah Stress (Stress Problem)
Sters adalah suatu bentuk gangguan emosi yang disebabkan adanya
tekanan yang tidak dapat diatasi oleh individu. Disekolah siswa mungkin baik,
atau saat mereka menghadapi ujian. Sering terjadi siswa atau mahasiswa ditekan
terus-menerus untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam waktu yang semakin dekat.
Stres terjadi jika seseorang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan
sebagai mengancam kesehatan fisik atau psikologisnya. Peristiwa-peristiwa
tersebut disebut stresor, dan reaksi orang terhadap peristiwa tersebut disebut
respon stres. Stres yang berlanjut dapat menimbulkan gangguan emosi yang menyakitkan
seperti kecemasan dan depresi.
Stres bisa
disebbakan oleh beberapa faktor, seperti keinginan yang bertentangan, peristiwa
traumatis, peristiwa yang tidak bisa dikendalikan, peristiwa yang tidak bisa
diprakirakan, peristiwa di luar batas kemampuan, dan konflik internal sering
sebagai sumber stres seseorang. Atkinson ,dkk. (1998) menyatakan bahwa sumber
stres yang paling jelasa adalah peristiwa traumatis, seperti situasi bahaya
ekstrem yang berada di luar kemampuan manusia, misalnya: bencana alam, seperti
gempa bumi dan banjir: bencana buatan manusia, seperti perang dan kecelakaan
nuklir: kecelakaan yang mengerikan, seperti tabrakan mobil atau pesawat
terbang, penyerangan fisik, seperti pemerkosaan atau upaya pembunuhan.[10]
Konseli yang
mengalami stres ringan dn sedang masih bisa dibantu konselor dengan konseling,
tetapi bila strres yang dideritanya kategori berat, maka konselor harus merujuk (mereferal)
kepada psikiater. Kasus stres berat membutuhkan penangan medis dan layanan
psikoterapi.
2.3.5 Masalah Depresi (Depressio Problem)
Depresi dikenal
sebagai keluhan-keluhan umum yang dialami oleh masyarakat biasa maupun
penderita yang berobat. Masalah depresi dapat digolongkan ke dalam gangguan
emosi dna kepribadian yang perlu mendapatkan perhatian serius dari kalangan
kedokteran bidang kesehatan jiwa, psikologis, maupun ahli konseling. Bila
masalah depresi dialami konseli normal, seperti keadaan kemurungan(kesediaan,
kepatahan semangat) yang ditandai oleh perasaan tidak puas, menurunnya
kegiatan, pesimis menghadapi masa yang akan datang, maka kasus demikian ini
dapat dibantu konselor melalui konseling. Namun bila depresi yang diderita
konseli digolongkan sebagai gangguan kepribadian seperti kasus patologis kronis
yaitu ketidakmampuan ekstrem untukmerangsang berlebihan sehingga konseli
cenderung bunuh diri, maka kasus ini bisa direferal kepada psikiatri.
Blackburn dan
Davidson (1994), mengemukakan gejala penderita depresi berdaarkan simtoma
psikologis dan biologis. Sistoma psikologis meliputi:
1)
Suasana
hati, seperti kesediaan, kecemasan, dan mudah marah,
2)
Berpikir,
seperti kehilangan konsentrasi, lambat dan kacau berpikir,menyalahkan diri
sendiri, ragu-ragu, dan merasa harga dirinya rendah,
3)
Motivasi,
seperti kurang minat bekerja, menghindar dari pekerjaaan dan sosial, ingin
melarikan diri, dan ketergantungan tinggi
4)
Perilaku,
seperti lamban, mondar-mandir, menagis, dan mengeluh
Simtoma
Biologis meliputi:
1)
Hilangnya
nafsu makan
2)
Hilangnya
nafsu birahi
3)
Tidur
terganggu
4)
Dan
lamban beraktivitas
2.3.6 Masalah Konflik (Conflict Problem)
Konflik ialah
suatu bentuk pertetangan yang dialami oelh individu. Konflik yang dialami
konseli bisa ditimbulkan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri konseli, dan
faktor di luar diri konseli. penyebab pertama terjadi, karena apa yang dilakukan konseli tidak
sesuai dengan keyakinan konslei,
sedangkan penyebab kedua timbul bila keinginan dan harapan konseli tidak
sesuai dengan kenyataan diluar dirinya. Konflik sebagai masalah psikologis sangat mempengaruhi
perilaku individu. Konseli yang mengalami konflik, perilakunya mengalami
penurunan, contoh: bila mahasiswa konflik dengan dosennya, ia akan malas
mengikuti kuliah dosen tersebut, contoh lain: seorang karyawan konflik dengan
atasannya, menimbulkan karyawan ini mengundurkan diri dari pekerjaannya. Jadi
jelas, bahwa konflik pada umumnya berdampak buruk terhadap intensitas perilaku
individu.
2.3.7 Masalah Ketrgantungan
(Depedence Problem)
Ketergantunganadalah suatu keadaan dimana seseorang dalam
melaksankan tugas dan kewajibannya menggantungkan bantuan pihak lain. Masalah
ketergantungan konseli merupakan bentuk kesulitan psikologis yang dapat
dikategorikan lebih ringan bila dibandingkan dengan masalah-masalah yang
diuraikan di atas. Dalam belajar, masalah ini dapat menimbulkan penurunan
kemampuan peserta didik atau mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugasnya,
sehingga belajarnya menjadi rendah. Gejala perilaku konseli yang mengalami
masalah perilaku ketergantungan adalah :
1.
Gejala
psikolos, seperti penurunan minat, perhatian, dan motivasi
2.
Gejala
fisik, seperti malas berusaha, memandang dirinya kurang mampu, kelelahan, dan
vitalitas fisik menurun.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Konseling adalah upaya memberi bantuan kepad indivu secara tatap
muka guna membantu menyelesaikan masalahnya, dengan memberdayakan kemampuan
individu tersebut. Dalam proses konseling konselor berperan sebagai pembimbing,
pengarah saj kepada klien. Hasil akhir dari pengambilan keputusan klien lah
yang menentukkannya. Oleh karena itu konselor dituntut untuk mampu mendengar,
memahami, merespon terhadap permasalahan yang sedang dialami oleh kliennya,
konselor mampu menguasi teknik-teknik konseling dan faham terhadap semua proses
konseling karena kunci keberhasilan utama dari konseling terletak pada proses
pertama yakni membangun hubungan dengan klien. Apabila pada tahap awal sudah
mampu menciptakan raport maka tahap selanjtnya akan dilaksanakan dengan baik
pada proses konseling.
Berbicara soal konseling, klien yang datang kepada konselor
mempunyai karakter yang berbeda, dan permasalahan yang berbeda. Banyak masalah
yang dialami oleh klien baik yang berhubunga dengan fisik maupun psikologis.
Masalah yang berhubungan dengan fisik seperti susah tidur, kurang itirahat,
kuarng fokus dan lain sebagainya. Dan masalah yang berkaitan psikologi seperti
depresi, kecewa, stres, kecemasan, frustasi, dan lain sebagainya. Kedua masalah
tersebut sangat mempengaruhi kondisi klien menjadi kurang baik. Oleh karena itu
konselor dibutuhkan oleh para klien yang tidak mampu menangani masalah yang ada
pada dirinya.
Oleh sebab itu penulis mengankat judul makalah ini masalah-masalah
klien diharapkan calon konselor nantinya mampu memahami dengan mudah
maslah-masalah apa saja yang di alami oleh klien secara umumya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasrkan
uraian diatas dapat dirumuskan rumuan maslaah sebagi berikut:
1.
Apa
pengertian klien?
2.
Apa
pengertian masalah?
3.
Apa
saja masalah yang dihadapi oleh klien?
1.3
Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah :
1.
Mengetahui
Pengertian klien
2.
Mengetahui
pengertian masalah
3.
Mengetahui
apa saja masalah-masalah klien
1.4 Manfaat
Manfaat dari
penulisan makalah ini adalah:
1.
Menambah
ilmu pengetahuan bagi psikolog, konselor, mahasiswa penulis khusunya mengenai
masalah-masalah klien
2.
Sebagai
bahan pendukung prose perkuliahan mata kuliah psikologi konseling
BAB II
PEMBAHASAN
Masalah-masalah Klien
2.1
Pengertian Klien
Klien merupakan semua individu yang diberi bantuan oleh seorang
konseor atas permintaan dia sendiri ataupun permintaan orang lain.[1]
Disamping itu klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan
dengan masalah yang dihadapinya.
Namun demikian keberhasilan mengatasi masalah itu sebenarnya sangat
ditentukan oleh pribadi klien itu sendiri.[2]
Adapun klien yang datang atas kemauan diri sendiri karena dia sadar didalam
dirinya ada sesuatu kekurangan atau masalah yang memerlukan bantuan seorang
ahli.
2.2
Pengertian Masalah
Dalam kehidupan manusia selelalu mejumpai hambatan, rintangan dan
kesulitan dalam usaha mencapai tujuannya. Masalah tersebut timbul bila individu
atau kelompok masayarakat berbuat yang menyimpang dari norma-norma yang
berlaku.
Menurut Sapari Imam Asy’ary masalah adalah kenyataan yang tidak
meringkankan dalam hidup, baik perasaan pikiran, kemauan terhadap perasaan sal
yang diharahasiakan oelh seorang menyadari dirinya dan cara mencapainya.
Masalah dalam kamus konseling adalah suatau keadaan yang mengakibatkan seorang
atau kelompokmenjadi rugi/sakit melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut WS.Winkel dalam bukunya” Bimbingan Dan Konseling
Di Sekolah Menengah” masalah adalah suatu yang menghambat, merintangi,
mempersulit dalam mencapai usaha untuk mencapai tujuan.[3]
2.3 Masalah-masalah Klien
Pada dasarnya setiap individu menghadapi permasalahan dalam
hidupnya dalam jenis dan intensitas yang berbeda. Diantara masa-masalah
individu tersebut, beberapa masalah dapat dipecahkan sendiri tanpa intervensi
konselor,sedangkan masalah lainnya masih belum bisa diselesaikan sehingga
mereka membutuhkan bantuan konselor. Pada umumnya masalah emosi klien yang cara
penyelesaiannya membutuhkan bantuan konseling adalah:
1.
masalah
kecewa
2.
masalah
frustasi
3.
masalah
kecemasan
4.
masalah
stres
5.
masalah
depresi
6.
masalah
konflik
7.
dan
masalah ketergantungan.
Diantara keenam masalah ini dapat dialami klien secara bersamaan,
misalnya di samping klien mengalami masalah kecewa, ia juga menderita masalah
frustasi,kecemasan,begitu juga masalah yang lain.
2.3.1 Masalah Kecewa (Disaponted Problem)
Kecewa merupakan bentuk gannguan emosi yang ditimbulkan oleh
ketidakserasian antara apa yang diinginkan konseli dan kenyataan yang terjadi.
Seorang siswa merasa kecewa karena mendapatkan pelayanan yang tidak memuaskan
di sekolah, seorang mahasiswa merasa kecewa karena dosennya tidak hadir memberi
kuliah tanpa pemberitahuan sebelumnya, seorang pegawai merasa kecewa karena
janji perusahaan menaikkan gaji tidak direalisasi, dam masih banyak peristiwa
lain yang dapat menimbulkan rasa kecewa.[4]
Konseli yang mengalami kekecewaan berlarut-larut tanpa penyelesaian
dapat menimbulkan kompleks terdesak yang dapat mengakibatkan kegelisahan,
frustasi, salah ambil,salah ucap, dan mimpi sesuatu sebagai wujud adanya
keinginan yang tidak terpenuhi. Konseli yang gagl menyelesaikan masalah ini
sebaiknya minta bantuan konseling kepada konselor, agar problem ini dapat
direduksi dan dihilangkan, sehingga tidak merangsang timbulnya masalah ini.
2.3.2 Masalah Frustasi (Frustration Problem)
Frustasi ialah suatu bentuk kekecewaan yang tidak terselesaikan
akibat kegagalan yang sering terjadi di dalam mengerjakan sesuatu atau akibat
tidak berhasil dalam mencapai cita-cita. Konslei yang mengalami frustasi,
biasanya menampakkan gejala minat kerjanya menurun, tidak mau melakukann usaha
lagi, dn kehilangan kepercayaan pada dirinya. Pada umumnya layanan konseling
diberikan kepada konseli untuk membantu membangkitkan minat dn motivasi pada
aktivitas lain yang lebih cocok dengan potensi konslei, teknik ini disebut
sublimasi.[5]
2.3.3 Masalah Kecemasan (Anxiety Problem)
Kecemasan ialah suatu keadaan atau kondisi emosi yang tidka
menyenagkan, dan merupakan pengalaman yang smar-samar disertai dengan perasaan
yang tidak berdaya dan tidak menentu (Lazarus, 1978). Pada umumnya kecemasan
bersifat subjektif, yang ditandai dengan adanya perasaan tegang,khawatir,
takut, dan disertai adanya perubahan fisiologis, seperti peningkatan denyut
nadi, perubahan pernapasan, dan tekanan darah. Mahasiswa akan mengalami
kecemasan bila menghadapi situasi yang membahayakan dirinya, seperti ujian mata
kuliah yang dianggap paling sulit,belum mendaptkan persetujuan pada saat revisi
skripsi, dan sebagainya.[6]
Kecemasan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Gilmer
(1978), kecemasan dibedan menjadi dua, yaitu kecemasan normal dan kecemasan
abnormal. Adapun Lazarus dan Spielbelger yang dikutip Kendall (1978) juga
membedakan kecemasan menjadi dua, yaitu: state anxiety dan trait
anxiety.
a.
Kecemasan Normal
Kecemasan normal adalah suatu kecemasan yang derajatnya masih
ringan, dan merupakan suatu reaksi yang dapat mendorong konseli untuk
bertindak, seperti: menunjukkan kurang percaya diri, dan juga dapat melakukan
mekanisme pertahanan ego, contoh: memberikan suatu alasan yang rasional atas
kegagalan yang dialaminya.[7]
b.
Kecemasan Abnormal
Kecemasan abnormal adalah suatu kecemasan yang sudah kronis, adanya
kecemasan tersebut dapat menimbulkan perasaan yang sudah kronis, adanya
kecemasan tersebut dapat menimbulkan perasaan dan tingkah laku yang tidak
efisien, misalnya mahasiswa harus mengulang ujian, karena ujian pertama belum
lulus.[8]
c.
Kecemasan State Anxiety
Suatu kecemasan disebut state anxiety bila gejala kecemasan yang
timbul dianggap sebagai suatu situasi yang mengancam individu. Misalnya,
konslei merasa terancam atas kemungkinan kegagalan yang pernah dialaminya pada
tahun yang lalu. [9]
d.
Trait Anxiety
Trait anxiety merupakan kecemasan sebagai keadaan yang menetap pada
individu. Kecemasan ini berhubungan dengan kepribadian indivisu yang
mengalaminya. Konseli yang mempunyai trait anxiety tinggi cenderung untuk
menerima situasi sebagai bahaya atau ancaman, dibanding konseli ynag menderita
trait anxiety rendah, sehingga mereka akan merespon situasi yang mengancam
dengan kecemasan yang lebih besar intensutasnya.
Konseli yang mengalami kecemasan tersebut di atas, pada dirinya
timbul reaksi-reaksi tertentu. Pada dasarnya reaksi kecemasan ini dapat
dibedakan menjadi reaksi fisiologi dan psikologi. Reaksi fisiologis adalah
reaksi tubuh, terutama oleh organ-organ yang diatur oleh saraf simpatetis,
seperti jantung,pembuluh darah,kelenjar,pupil,mata,sistem pencernaan, dan
sisitem pembuangan. Denga adanya kecemasan, maka satu atau lebih organ-organ
dalm tubuh akan mengalami penigkatan fungsinya, seperti jantung berdebar-debar,
sering buang air kecil, perut rasanya nyeri, keluar keringat dingin, gemetar,
dan sirkulasi darah tidak teratur. Reaksi psikologis adalah kecemasan yang
biasanya disertai oleh reaksi fisiologis, seperti adanya rasa tegang, kebingungan,
merasa terancam, tidak berdaya, rendah diri, kesulitan memusatkan perhatian,
dan kesulitan berkonsentrasi.
2.3.4 Masalah Stress (Stress Problem)
Sters adalah suatu bentuk gangguan emosi yang disebabkan adanya
tekanan yang tidak dapat diatasi oleh individu. Disekolah siswa mungkin baik,
atau saat mereka menghadapi ujian. Sering terjadi siswa atau mahasiswa ditekan
terus-menerus untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam waktu yang semakin dekat.
Stres terjadi jika seseorang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan
sebagai mengancam kesehatan fisik atau psikologisnya. Peristiwa-peristiwa
tersebut disebut stresor, dan reaksi orang terhadap peristiwa tersebut disebut
respon stres. Stres yang berlanjut dapat menimbulkan gangguan emosi yang menyakitkan
seperti kecemasan dan depresi.
Stres bisa
disebbakan oleh beberapa faktor, seperti keinginan yang bertentangan, peristiwa
traumatis, peristiwa yang tidak bisa dikendalikan, peristiwa yang tidak bisa
diprakirakan, peristiwa di luar batas kemampuan, dan konflik internal sering
sebagai sumber stres seseorang. Atkinson ,dkk. (1998) menyatakan bahwa sumber
stres yang paling jelasa adalah peristiwa traumatis, seperti situasi bahaya
ekstrem yang berada di luar kemampuan manusia, misalnya: bencana alam, seperti
gempa bumi dan banjir: bencana buatan manusia, seperti perang dan kecelakaan
nuklir: kecelakaan yang mengerikan, seperti tabrakan mobil atau pesawat
terbang, penyerangan fisik, seperti pemerkosaan atau upaya pembunuhan.[10]
Konseli yang
mengalami stres ringan dn sedang masih bisa dibantu konselor dengan konseling,
tetapi bila strres yang dideritanya kategori berat, maka konselor harus merujuk (mereferal)
kepada psikiater. Kasus stres berat membutuhkan penangan medis dan layanan
psikoterapi.
2.3.5 Masalah Depresi (Depressio Problem)
Depresi dikenal
sebagai keluhan-keluhan umum yang dialami oleh masyarakat biasa maupun
penderita yang berobat. Masalah depresi dapat digolongkan ke dalam gangguan
emosi dna kepribadian yang perlu mendapatkan perhatian serius dari kalangan
kedokteran bidang kesehatan jiwa, psikologis, maupun ahli konseling. Bila
masalah depresi dialami konseli normal, seperti keadaan kemurungan(kesediaan,
kepatahan semangat) yang ditandai oleh perasaan tidak puas, menurunnya
kegiatan, pesimis menghadapi masa yang akan datang, maka kasus demikian ini
dapat dibantu konselor melalui konseling. Namun bila depresi yang diderita
konseli digolongkan sebagai gangguan kepribadian seperti kasus patologis kronis
yaitu ketidakmampuan ekstrem untukmerangsang berlebihan sehingga konseli
cenderung bunuh diri, maka kasus ini bisa direferal kepada psikiatri.
Blackburn dan
Davidson (1994), mengemukakan gejala penderita depresi berdaarkan simtoma
psikologis dan biologis. Sistoma psikologis meliputi:
1)
Suasana
hati, seperti kesediaan, kecemasan, dan mudah marah,
2)
Berpikir,
seperti kehilangan konsentrasi, lambat dan kacau berpikir,menyalahkan diri
sendiri, ragu-ragu, dan merasa harga dirinya rendah,
3)
Motivasi,
seperti kurang minat bekerja, menghindar dari pekerjaaan dan sosial, ingin
melarikan diri, dan ketergantungan tinggi
4)
Perilaku,
seperti lamban, mondar-mandir, menagis, dan mengeluh
Simtoma
Biologis meliputi:
1)
Hilangnya
nafsu makan
2)
Hilangnya
nafsu birahi
3)
Tidur
terganggu
4)
Dan
lamban beraktivitas
2.3.6 Masalah Konflik (Conflict Problem)
Konflik ialah
suatu bentuk pertetangan yang dialami oelh individu. Konflik yang dialami
konseli bisa ditimbulkan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri konseli, dan
faktor di luar diri konseli. penyebab pertama terjadi, karena apa yang dilakukan konseli tidak
sesuai dengan keyakinan konslei,
sedangkan penyebab kedua timbul bila keinginan dan harapan konseli tidak
sesuai dengan kenyataan diluar dirinya. Konflik sebagai masalah psikologis sangat mempengaruhi
perilaku individu. Konseli yang mengalami konflik, perilakunya mengalami
penurunan, contoh: bila mahasiswa konflik dengan dosennya, ia akan malas
mengikuti kuliah dosen tersebut, contoh lain: seorang karyawan konflik dengan
atasannya, menimbulkan karyawan ini mengundurkan diri dari pekerjaannya. Jadi
jelas, bahwa konflik pada umumnya berdampak buruk terhadap intensitas perilaku
individu.
2.3.7 Masalah Ketrgantungan
(Depedence Problem)
Ketergantunganadalah suatu keadaan dimana seseorang dalam
melaksankan tugas dan kewajibannya menggantungkan bantuan pihak lain. Masalah
ketergantungan konseli merupakan bentuk kesulitan psikologis yang dapat
dikategorikan lebih ringan bila dibandingkan dengan masalah-masalah yang
diuraikan di atas. Dalam belajar, masalah ini dapat menimbulkan penurunan
kemampuan peserta didik atau mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugasnya,
sehingga belajarnya menjadi rendah. Gejala perilaku konseli yang mengalami
masalah perilaku ketergantungan adalah :
1.
Gejala
psikolos, seperti penurunan minat, perhatian, dan motivasi
2.
Gejala
fisik, seperti malas berusaha, memandang dirinya kurang mampu, kelelahan, dan
vitalitas fisik menurun.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dapat
diambil kesimpulan berdasarkan pembahsan diatas bahwa masalah-masalah klien
sebagai berikut:
1.
Masalah
kecewa
Kecewa merupakan bentuk gannguan emosi yang ditimbulkan oleh
ketidakserasian antara apa yang diinginkan konseli dan kenyataan yang terjadi.
2.
Masalah
frustasi
Frustasi ialah suatu bentuk kekecewaan yang tidak terselesaikan
akibat kegagalan yang sering terjadi di dalam mengerjakan sesuatu atau akibat
tidak berhasil dalam mencapai cita-cita. Konslei yang mengalami frustasi,
biasanya menampakkan gejala minat kerjanya menurun, tidak mau melakukann usaha
lagi, dn kehilangan kepercayaan pada dirinya.
3.
Masalah
kecemasan
e.
Kecemasan ialah suatu keadaan atau kondisi emosi yang tidka
menyenagkan, dan merupakan pengalaman yang smar-samar disertai dengan perasaan
yang tidak berdaya dan tidak menentu (Lazarus, 1978). Kecemasan ada 4 kecemasan
normal, kecemasan abnormal, kecemasan State Anxiety, dan kecemasan Trait
Anxiety
4.
Masalah
stres
Sters adalah suatu bentuk gangguan emosi yang disebabkan adanya
tekanan yang tidak dapat diatasi oleh individu.
5.
Masalah
depresi
Masalah depresi dapat digolongkan ke dalam gangguan emosi dna
kepribadian yang perlu mendapatkan perhatian serius dari kalangan kedokteran
bidang kesehatan jiwa, psikologis, maupun ahli konseling.
6.
Masalah
konflik
Konflik ialah suatu bentuk pertetangan yang dialami oelh
individu. Konflik yang dialami konseli
bisa ditimbulkan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri konseli, dan
faktor di luar diri konseli
7.
Masalah
ketergantungan
Ketergantungan adalah suatu keadaan dimana seseorang dalam
melaksankan tugas dan kewajibannya menggantungkan bantuan pihak lain. Masalah
ketergantungan konseli merupakan bentuk kesulitan psikologis yang dapat
dikategorikan lebih ringan bila dibandingkan dengan masalah-masalah yang lainnya.
3.2
Kritik dan Saran
Penulis
sangat menyadari bahwasanya makalah ini dalam penjabaran materi masih banyak
kekurangan dan kesalahan.
Untuk itu kami {penulis} mengharapkan kritik
dan saran yang membangun serta mengarahkan penulis untuk dapat mengetahui
kekurangan maupun kelebihannya, sehingga kita dapat sama-sama mempelajari dan
membahas untuk mengasah kita menjadi orang yang berilmu pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hartono dan Boy
Soedarmadji.2012.Psikoligi Konseling.Jakarta:Kencana
Kartono,
Kartini dan Dani Gul.1978.Kamus Psikologi.Bandung:Pionir Jaya
Willis.S. Sofyan.2010.Konseling Individu Teori Dan
Praktek.Bandung:Alfabeta
Farid,Imam Suyuti.2007.Pokok-poko Bimbingan Penyuluhan Agama
Sebagai Teknik Dakwah.Bandung:Bulan Bintang
[1]
Sofyan.S.Willis,Konseling Individu Teori Dan Praktek, (Bandung:Alfabeta,2010)
hlm.111
[2] Imam
Suyuti Farid, Pokok-poko Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah,
(Bandung:Bulan Bintang,2007) hlm.14
[3]
Kartini,Kartono dan Dani Gul, Kamus Psikologi, (Bandung:Pionir
Jaya,1978).hlm.12
[4]Hartono dan Boy Soedirmadji,Psikologi Konseling,(Jakarta:Kencans Perdana
Media Group,2012),hlm.83
[5] Ibid,hlm 84
[6]Ibid
[7]Ibid ,hlm. 85
[8]Ibid
[9]Ibid
[10]Ibid,hlm.86