Sabtu, 18 Maret 2017

Makalah Masalah-masalah Klien



 MASALAH-MASALAH KLIEN


 

OLEH

NEILA RAHMA ARFINA :11542204226

III B
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2016


 



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.Atas berkah dan inayah-Nya penulisan makalah Masalah-masalah Klien  ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam dihaturkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad Saw. Karena beliaulah kita dapat menikmati alam yang terang benderang ini.
Penulisan dari makalah Masalah-masalah Klien  ini merupakan tugas kelompok yang harus diselesaikan. Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat mendorong dan membantu para mahasiswa/i dalam proses perkuliahan. Adapun bagi para pembaca makalah ini berguna terutama untuk menjadi konselor yang baik sesuai ajaran Agama Islam.
Akhirnya  kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah bekerja sama, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Mudah-mudahan Allah Swt. membalas amal baik tersebut.Amin.


                                                          Pekanbaru, 8 Oktober  2016


                                                                                      Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Manfaat.............................................................................................................. 2
1.4Tujuan................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Klien................................................................................................. 3
2.2 Pengertian Masalah............................................................................................ 3
2.3 Masalah-masalah Klien...................................................................................... 4
        2.3.1 Masalah Kecewa (Dissapointed Problem).............................................. 4
        2.3.2Masalah Frustasi (Frustration Problem)................................................... 5
       2.3.3 Masalah Kecemasan (Anxiety Problem).................................................. 5
       2.3.4 Masalah Stres (Stress Problem)............................................................. .. 7
       2.3.5 Masalah Depresi (Depression Problem..................................................   8
       2.3.6 Masalah Konflik (Conflict Problem)..................................................... .. 9
       2.3.7 Masalah Ketergantungan (Dependence Problem)................................. 10

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 11
3.2 Kritik dan Saran.............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Konseling adalah upaya memberi bantuan kepad indivu secara tatap muka guna membantu menyelesaikan masalahnya, dengan memberdayakan kemampuan individu tersebut. Dalam proses konseling konselor berperan sebagai pembimbing, pengarah saj kepada klien. Hasil akhir dari pengambilan keputusan klien lah yang menentukkannya. Oleh karena itu konselor dituntut untuk mampu mendengar, memahami, merespon terhadap permasalahan yang sedang dialami oleh kliennya, konselor mampu menguasi teknik-teknik konseling dan faham terhadap semua proses konseling karena kunci keberhasilan utama dari konseling terletak pada proses pertama yakni membangun hubungan dengan klien. Apabila pada tahap awal sudah mampu menciptakan raport maka tahap selanjtnya akan dilaksanakan dengan baik pada proses konseling.
Berbicara soal konseling, klien yang datang kepada konselor mempunyai karakter yang berbeda, dan permasalahan yang berbeda. Banyak masalah yang dialami oleh klien baik yang berhubunga dengan fisik maupun psikologis. Masalah yang berhubungan dengan fisik seperti susah tidur, kurang itirahat, kuarng fokus dan lain sebagainya. Dan masalah yang berkaitan psikologi seperti depresi, kecewa, stres, kecemasan, frustasi, dan lain sebagainya. Kedua masalah tersebut sangat mempengaruhi kondisi klien menjadi kurang baik. Oleh karena itu konselor dibutuhkan oleh para klien yang tidak mampu menangani masalah yang ada pada dirinya.
Oleh sebab itu penulis mengankat judul makalah ini masalah-masalah klien diharapkan calon konselor nantinya mampu memahami dengan mudah maslah-masalah apa saja yang di alami oleh klien secara umumya.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasrkan uraian diatas dapat dirumuskan rumuan maslaah sebagi berikut:
1.      Apa pengertian klien?
2.      Apa pengertian masalah?
3.      Apa saja masalah yang dihadapi oleh klien?


1.3  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui Pengertian klien
2.      Mengetahui pengertian masalah
3.      Mengetahui apa saja masalah-masalah klien

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Menambah ilmu pengetahuan bagi psikolog, konselor, mahasiswa penulis khusunya mengenai masalah-masalah klien
2.      Sebagai bahan pendukung prose perkuliahan mata kuliah psikologi konseling







BAB II
PEMBAHASAN

Masalah-masalah Klien
2.1  Pengertian Klien
Klien merupakan semua individu yang diberi bantuan oleh seorang konseor atas permintaan dia sendiri ataupun permintaan orang lain.[1] Disamping itu klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yang dihadapinya.
Namun demikian keberhasilan mengatasi masalah itu sebenarnya sangat ditentukan oleh pribadi klien itu sendiri.[2] Adapun klien yang datang atas kemauan diri sendiri karena dia sadar didalam dirinya ada sesuatu kekurangan atau masalah yang memerlukan bantuan seorang ahli.
2.2  Pengertian Masalah
Dalam kehidupan manusia selelalu mejumpai hambatan, rintangan dan kesulitan dalam usaha mencapai tujuannya. Masalah tersebut timbul bila individu atau kelompok masayarakat berbuat yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
Menurut Sapari Imam Asy’ary masalah adalah kenyataan yang tidak meringkankan dalam hidup, baik perasaan pikiran, kemauan terhadap perasaan sal yang diharahasiakan oelh seorang menyadari dirinya dan cara mencapainya. Masalah dalam kamus konseling adalah suatau keadaan yang mengakibatkan seorang atau kelompokmenjadi rugi/sakit melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut WS.Winkel dalam bukunya” Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Menengah” masalah adalah suatu yang menghambat, merintangi, mempersulit dalam mencapai usaha untuk mencapai tujuan.[3]

2.3 Masalah-masalah Klien
Pada dasarnya setiap individu menghadapi permasalahan dalam hidupnya dalam jenis dan intensitas yang berbeda. Diantara masa-masalah individu tersebut, beberapa masalah dapat dipecahkan sendiri tanpa intervensi konselor,sedangkan masalah lainnya masih belum bisa diselesaikan sehingga mereka membutuhkan bantuan konselor. Pada umumnya masalah emosi klien yang cara penyelesaiannya membutuhkan bantuan konseling adalah:
1.      masalah kecewa
2.      masalah frustasi
3.      masalah kecemasan
4.      masalah stres
5.      masalah depresi
6.      masalah konflik
7.      dan masalah ketergantungan.
Diantara keenam masalah ini dapat dialami klien secara bersamaan, misalnya di samping klien mengalami masalah kecewa, ia juga menderita masalah frustasi,kecemasan,begitu juga masalah yang lain.
2.3.1 Masalah Kecewa (Disaponted Problem)
Kecewa merupakan bentuk gannguan emosi yang ditimbulkan oleh ketidakserasian antara apa yang diinginkan konseli dan kenyataan yang terjadi. Seorang siswa merasa kecewa karena mendapatkan pelayanan yang tidak memuaskan di sekolah, seorang mahasiswa merasa kecewa karena dosennya tidak hadir memberi kuliah tanpa pemberitahuan sebelumnya, seorang pegawai merasa kecewa karena janji perusahaan menaikkan gaji tidak direalisasi, dam masih banyak peristiwa lain yang dapat menimbulkan rasa kecewa.[4]
Konseli yang mengalami kekecewaan berlarut-larut tanpa penyelesaian dapat menimbulkan kompleks terdesak yang dapat mengakibatkan kegelisahan, frustasi, salah ambil,salah ucap, dan mimpi sesuatu sebagai wujud adanya keinginan yang tidak terpenuhi. Konseli yang gagl menyelesaikan masalah ini sebaiknya minta bantuan konseling kepada konselor, agar problem ini dapat direduksi dan dihilangkan, sehingga tidak merangsang timbulnya masalah ini.
2.3.2 Masalah Frustasi (Frustration Problem)
Frustasi ialah suatu bentuk kekecewaan yang tidak terselesaikan akibat kegagalan yang sering terjadi di dalam mengerjakan sesuatu atau akibat tidak berhasil dalam mencapai cita-cita. Konslei yang mengalami frustasi, biasanya menampakkan gejala minat kerjanya menurun, tidak mau melakukann usaha lagi, dn kehilangan kepercayaan pada dirinya. Pada umumnya layanan konseling diberikan kepada konseli untuk membantu membangkitkan minat dn motivasi pada aktivitas lain yang lebih cocok dengan potensi konslei, teknik ini disebut sublimasi.[5]
2.3.3 Masalah Kecemasan (Anxiety Problem)
Kecemasan ialah suatu keadaan atau kondisi emosi yang tidka menyenagkan, dan merupakan pengalaman yang smar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya dan tidak menentu (Lazarus, 1978). Pada umumnya kecemasan bersifat subjektif, yang ditandai dengan adanya perasaan tegang,khawatir, takut, dan disertai adanya perubahan fisiologis, seperti peningkatan denyut nadi, perubahan pernapasan, dan tekanan darah. Mahasiswa akan mengalami kecemasan bila menghadapi situasi yang membahayakan dirinya, seperti ujian mata kuliah yang dianggap paling sulit,belum mendaptkan persetujuan pada saat revisi skripsi, dan sebagainya.[6]
Kecemasan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Gilmer (1978), kecemasan dibedan menjadi dua, yaitu kecemasan normal dan kecemasan abnormal. Adapun Lazarus dan Spielbelger yang dikutip Kendall (1978) juga membedakan kecemasan menjadi dua, yaitu: state anxiety dan trait anxiety.
a.      Kecemasan Normal
Kecemasan normal adalah suatu kecemasan yang derajatnya masih ringan, dan merupakan suatu reaksi yang dapat mendorong konseli untuk bertindak, seperti: menunjukkan kurang percaya diri, dan juga dapat melakukan mekanisme pertahanan ego, contoh: memberikan suatu alasan yang rasional atas kegagalan yang dialaminya.[7]
b.      Kecemasan Abnormal
Kecemasan abnormal adalah suatu kecemasan yang sudah kronis, adanya kecemasan tersebut dapat menimbulkan perasaan yang sudah kronis, adanya kecemasan tersebut dapat menimbulkan perasaan dan tingkah laku yang tidak efisien, misalnya mahasiswa harus mengulang ujian, karena ujian pertama belum lulus.[8]
c.       Kecemasan State Anxiety
Suatu kecemasan disebut state anxiety bila gejala kecemasan yang timbul dianggap sebagai suatu situasi yang mengancam individu. Misalnya, konslei merasa terancam atas kemungkinan kegagalan yang pernah dialaminya pada tahun yang lalu. [9]

d.      Trait Anxiety
Trait anxiety merupakan kecemasan sebagai keadaan yang menetap pada individu. Kecemasan ini berhubungan dengan kepribadian indivisu yang mengalaminya. Konseli yang mempunyai trait anxiety tinggi cenderung untuk menerima situasi sebagai bahaya atau ancaman, dibanding konseli ynag menderita trait anxiety rendah, sehingga mereka akan merespon situasi yang mengancam dengan kecemasan yang lebih besar intensutasnya.
Konseli yang mengalami kecemasan tersebut di atas, pada dirinya timbul reaksi-reaksi tertentu. Pada dasarnya reaksi kecemasan ini dapat dibedakan menjadi reaksi fisiologi dan psikologi. Reaksi fisiologis adalah reaksi tubuh, terutama oleh organ-organ yang diatur oleh saraf simpatetis, seperti jantung,pembuluh darah,kelenjar,pupil,mata,sistem pencernaan, dan sisitem pembuangan. Denga adanya kecemasan, maka satu atau lebih organ-organ dalm tubuh akan mengalami penigkatan fungsinya, seperti jantung berdebar-debar, sering buang air kecil, perut rasanya nyeri, keluar keringat dingin, gemetar, dan sirkulasi darah tidak teratur. Reaksi psikologis adalah kecemasan yang biasanya disertai oleh reaksi fisiologis, seperti adanya rasa tegang, kebingungan, merasa terancam, tidak berdaya, rendah diri, kesulitan memusatkan perhatian, dan kesulitan berkonsentrasi. 

2.3.4 Masalah Stress (Stress Problem)
            Sters adalah suatu bentuk gangguan emosi yang disebabkan adanya tekanan yang tidak dapat diatasi oleh individu. Disekolah siswa mungkin baik, atau saat mereka menghadapi ujian. Sering terjadi siswa atau mahasiswa ditekan terus-menerus untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam waktu yang semakin dekat. Stres terjadi jika seseorang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik atau psikologisnya. Peristiwa-peristiwa tersebut disebut stresor, dan reaksi orang terhadap peristiwa tersebut disebut respon stres. Stres yang berlanjut dapat menimbulkan gangguan emosi yang menyakitkan seperti kecemasan dan depresi.
            Stres bisa disebbakan oleh beberapa faktor, seperti keinginan yang bertentangan, peristiwa traumatis, peristiwa yang tidak bisa dikendalikan, peristiwa yang tidak bisa diprakirakan, peristiwa di luar batas kemampuan, dan konflik internal sering sebagai sumber stres seseorang. Atkinson ,dkk. (1998) menyatakan bahwa sumber stres yang paling jelasa adalah peristiwa traumatis, seperti situasi bahaya ekstrem yang berada di luar kemampuan manusia, misalnya: bencana alam, seperti gempa bumi dan banjir: bencana buatan manusia, seperti perang dan kecelakaan nuklir: kecelakaan yang mengerikan, seperti tabrakan mobil atau pesawat terbang, penyerangan fisik, seperti pemerkosaan atau upaya pembunuhan.[10]
            Konseli yang mengalami stres ringan dn sedang masih bisa dibantu konselor dengan konseling, tetapi bila strres yang dideritanya kategori berat,  maka konselor harus merujuk (mereferal) kepada psikiater. Kasus stres berat membutuhkan penangan medis dan layanan psikoterapi.
2.3.5 Masalah Depresi (Depressio Problem)
            Depresi dikenal sebagai keluhan-keluhan umum yang dialami oleh masyarakat biasa maupun penderita yang berobat. Masalah depresi dapat digolongkan ke dalam gangguan emosi dna kepribadian yang perlu mendapatkan perhatian serius dari kalangan kedokteran bidang kesehatan jiwa, psikologis, maupun ahli konseling. Bila masalah depresi dialami konseli normal, seperti keadaan kemurungan(kesediaan, kepatahan semangat) yang ditandai oleh perasaan tidak puas, menurunnya kegiatan, pesimis menghadapi masa yang akan datang, maka kasus demikian ini dapat dibantu konselor melalui konseling. Namun bila depresi yang diderita konseli digolongkan sebagai gangguan kepribadian seperti kasus patologis kronis yaitu ketidakmampuan ekstrem untukmerangsang berlebihan sehingga konseli cenderung bunuh diri, maka kasus ini bisa direferal kepada psikiatri.
            Blackburn dan Davidson (1994), mengemukakan gejala penderita depresi berdaarkan simtoma psikologis dan biologis. Sistoma psikologis meliputi:
1)      Suasana hati, seperti kesediaan, kecemasan, dan mudah marah,
2)      Berpikir, seperti kehilangan konsentrasi, lambat dan kacau berpikir,menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, dan merasa harga dirinya rendah,
3)      Motivasi, seperti kurang minat bekerja, menghindar dari pekerjaaan dan sosial, ingin melarikan diri, dan ketergantungan tinggi
4)      Perilaku, seperti lamban, mondar-mandir, menagis, dan mengeluh

Simtoma Biologis meliputi:
1)      Hilangnya nafsu makan
2)      Hilangnya nafsu birahi
3)      Tidur terganggu
4)      Dan lamban beraktivitas

2.3.6 Masalah Konflik (Conflict Problem)
            Konflik ialah suatu bentuk pertetangan yang dialami oelh individu. Konflik yang dialami konseli bisa ditimbulkan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri konseli, dan faktor di luar diri konseli. penyebab pertama terjadi,  karena apa yang dilakukan konseli tidak sesuai dengan keyakinan konslei,  sedangkan penyebab kedua timbul bila keinginan dan harapan konseli tidak sesuai dengan kenyataan diluar dirinya. Konflik sebagai  masalah psikologis sangat mempengaruhi perilaku individu. Konseli yang mengalami konflik, perilakunya mengalami penurunan, contoh: bila mahasiswa konflik dengan dosennya, ia akan malas mengikuti kuliah dosen tersebut, contoh lain: seorang karyawan konflik dengan atasannya, menimbulkan karyawan ini mengundurkan diri dari pekerjaannya. Jadi jelas, bahwa konflik pada umumnya berdampak buruk terhadap intensitas perilaku individu.
2.3.7  Masalah Ketrgantungan (Depedence Problem)
Ketergantunganadalah suatu keadaan dimana seseorang dalam melaksankan tugas dan kewajibannya menggantungkan bantuan pihak lain. Masalah ketergantungan konseli merupakan bentuk kesulitan psikologis yang dapat dikategorikan lebih ringan bila dibandingkan dengan masalah-masalah yang diuraikan di atas. Dalam belajar, masalah ini dapat menimbulkan penurunan kemampuan peserta didik atau mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugasnya, sehingga belajarnya menjadi rendah. Gejala perilaku konseli yang mengalami masalah perilaku ketergantungan adalah :
1.      Gejala psikolos, seperti penurunan minat, perhatian, dan motivasi
2.      Gejala fisik, seperti malas berusaha, memandang dirinya kurang mampu, kelelahan, dan vitalitas fisik menurun.




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Konseling adalah upaya memberi bantuan kepad indivu secara tatap muka guna membantu menyelesaikan masalahnya, dengan memberdayakan kemampuan individu tersebut. Dalam proses konseling konselor berperan sebagai pembimbing, pengarah saj kepada klien. Hasil akhir dari pengambilan keputusan klien lah yang menentukkannya. Oleh karena itu konselor dituntut untuk mampu mendengar, memahami, merespon terhadap permasalahan yang sedang dialami oleh kliennya, konselor mampu menguasi teknik-teknik konseling dan faham terhadap semua proses konseling karena kunci keberhasilan utama dari konseling terletak pada proses pertama yakni membangun hubungan dengan klien. Apabila pada tahap awal sudah mampu menciptakan raport maka tahap selanjtnya akan dilaksanakan dengan baik pada proses konseling.
Berbicara soal konseling, klien yang datang kepada konselor mempunyai karakter yang berbeda, dan permasalahan yang berbeda. Banyak masalah yang dialami oleh klien baik yang berhubunga dengan fisik maupun psikologis. Masalah yang berhubungan dengan fisik seperti susah tidur, kurang itirahat, kuarng fokus dan lain sebagainya. Dan masalah yang berkaitan psikologi seperti depresi, kecewa, stres, kecemasan, frustasi, dan lain sebagainya. Kedua masalah tersebut sangat mempengaruhi kondisi klien menjadi kurang baik. Oleh karena itu konselor dibutuhkan oleh para klien yang tidak mampu menangani masalah yang ada pada dirinya.
Oleh sebab itu penulis mengankat judul makalah ini masalah-masalah klien diharapkan calon konselor nantinya mampu memahami dengan mudah maslah-masalah apa saja yang di alami oleh klien secara umumya.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasrkan uraian diatas dapat dirumuskan rumuan maslaah sebagi berikut:
1.      Apa pengertian klien?
2.      Apa pengertian masalah?
3.      Apa saja masalah yang dihadapi oleh klien?


1.3  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui Pengertian klien
2.      Mengetahui pengertian masalah
3.      Mengetahui apa saja masalah-masalah klien

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Menambah ilmu pengetahuan bagi psikolog, konselor, mahasiswa penulis khusunya mengenai masalah-masalah klien
2.      Sebagai bahan pendukung prose perkuliahan mata kuliah psikologi konseling







BAB II
PEMBAHASAN

Masalah-masalah Klien
2.1  Pengertian Klien
Klien merupakan semua individu yang diberi bantuan oleh seorang konseor atas permintaan dia sendiri ataupun permintaan orang lain.[1] Disamping itu klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yang dihadapinya.
Namun demikian keberhasilan mengatasi masalah itu sebenarnya sangat ditentukan oleh pribadi klien itu sendiri.[2] Adapun klien yang datang atas kemauan diri sendiri karena dia sadar didalam dirinya ada sesuatu kekurangan atau masalah yang memerlukan bantuan seorang ahli.
2.2  Pengertian Masalah
Dalam kehidupan manusia selelalu mejumpai hambatan, rintangan dan kesulitan dalam usaha mencapai tujuannya. Masalah tersebut timbul bila individu atau kelompok masayarakat berbuat yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku.
Menurut Sapari Imam Asy’ary masalah adalah kenyataan yang tidak meringkankan dalam hidup, baik perasaan pikiran, kemauan terhadap perasaan sal yang diharahasiakan oelh seorang menyadari dirinya dan cara mencapainya. Masalah dalam kamus konseling adalah suatau keadaan yang mengakibatkan seorang atau kelompokmenjadi rugi/sakit melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut WS.Winkel dalam bukunya” Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Menengah” masalah adalah suatu yang menghambat, merintangi, mempersulit dalam mencapai usaha untuk mencapai tujuan.[3]

2.3 Masalah-masalah Klien
Pada dasarnya setiap individu menghadapi permasalahan dalam hidupnya dalam jenis dan intensitas yang berbeda. Diantara masa-masalah individu tersebut, beberapa masalah dapat dipecahkan sendiri tanpa intervensi konselor,sedangkan masalah lainnya masih belum bisa diselesaikan sehingga mereka membutuhkan bantuan konselor. Pada umumnya masalah emosi klien yang cara penyelesaiannya membutuhkan bantuan konseling adalah:
1.      masalah kecewa
2.      masalah frustasi
3.      masalah kecemasan
4.      masalah stres
5.      masalah depresi
6.      masalah konflik
7.      dan masalah ketergantungan.
Diantara keenam masalah ini dapat dialami klien secara bersamaan, misalnya di samping klien mengalami masalah kecewa, ia juga menderita masalah frustasi,kecemasan,begitu juga masalah yang lain.
2.3.1 Masalah Kecewa (Disaponted Problem)
Kecewa merupakan bentuk gannguan emosi yang ditimbulkan oleh ketidakserasian antara apa yang diinginkan konseli dan kenyataan yang terjadi. Seorang siswa merasa kecewa karena mendapatkan pelayanan yang tidak memuaskan di sekolah, seorang mahasiswa merasa kecewa karena dosennya tidak hadir memberi kuliah tanpa pemberitahuan sebelumnya, seorang pegawai merasa kecewa karena janji perusahaan menaikkan gaji tidak direalisasi, dam masih banyak peristiwa lain yang dapat menimbulkan rasa kecewa.[4]
Konseli yang mengalami kekecewaan berlarut-larut tanpa penyelesaian dapat menimbulkan kompleks terdesak yang dapat mengakibatkan kegelisahan, frustasi, salah ambil,salah ucap, dan mimpi sesuatu sebagai wujud adanya keinginan yang tidak terpenuhi. Konseli yang gagl menyelesaikan masalah ini sebaiknya minta bantuan konseling kepada konselor, agar problem ini dapat direduksi dan dihilangkan, sehingga tidak merangsang timbulnya masalah ini.
2.3.2 Masalah Frustasi (Frustration Problem)
Frustasi ialah suatu bentuk kekecewaan yang tidak terselesaikan akibat kegagalan yang sering terjadi di dalam mengerjakan sesuatu atau akibat tidak berhasil dalam mencapai cita-cita. Konslei yang mengalami frustasi, biasanya menampakkan gejala minat kerjanya menurun, tidak mau melakukann usaha lagi, dn kehilangan kepercayaan pada dirinya. Pada umumnya layanan konseling diberikan kepada konseli untuk membantu membangkitkan minat dn motivasi pada aktivitas lain yang lebih cocok dengan potensi konslei, teknik ini disebut sublimasi.[5]
2.3.3 Masalah Kecemasan (Anxiety Problem)
Kecemasan ialah suatu keadaan atau kondisi emosi yang tidka menyenagkan, dan merupakan pengalaman yang smar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya dan tidak menentu (Lazarus, 1978). Pada umumnya kecemasan bersifat subjektif, yang ditandai dengan adanya perasaan tegang,khawatir, takut, dan disertai adanya perubahan fisiologis, seperti peningkatan denyut nadi, perubahan pernapasan, dan tekanan darah. Mahasiswa akan mengalami kecemasan bila menghadapi situasi yang membahayakan dirinya, seperti ujian mata kuliah yang dianggap paling sulit,belum mendaptkan persetujuan pada saat revisi skripsi, dan sebagainya.[6]
Kecemasan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Gilmer (1978), kecemasan dibedan menjadi dua, yaitu kecemasan normal dan kecemasan abnormal. Adapun Lazarus dan Spielbelger yang dikutip Kendall (1978) juga membedakan kecemasan menjadi dua, yaitu: state anxiety dan trait anxiety.
a.      Kecemasan Normal
Kecemasan normal adalah suatu kecemasan yang derajatnya masih ringan, dan merupakan suatu reaksi yang dapat mendorong konseli untuk bertindak, seperti: menunjukkan kurang percaya diri, dan juga dapat melakukan mekanisme pertahanan ego, contoh: memberikan suatu alasan yang rasional atas kegagalan yang dialaminya.[7]
b.      Kecemasan Abnormal
Kecemasan abnormal adalah suatu kecemasan yang sudah kronis, adanya kecemasan tersebut dapat menimbulkan perasaan yang sudah kronis, adanya kecemasan tersebut dapat menimbulkan perasaan dan tingkah laku yang tidak efisien, misalnya mahasiswa harus mengulang ujian, karena ujian pertama belum lulus.[8]
c.       Kecemasan State Anxiety
Suatu kecemasan disebut state anxiety bila gejala kecemasan yang timbul dianggap sebagai suatu situasi yang mengancam individu. Misalnya, konslei merasa terancam atas kemungkinan kegagalan yang pernah dialaminya pada tahun yang lalu. [9]

d.      Trait Anxiety
Trait anxiety merupakan kecemasan sebagai keadaan yang menetap pada individu. Kecemasan ini berhubungan dengan kepribadian indivisu yang mengalaminya. Konseli yang mempunyai trait anxiety tinggi cenderung untuk menerima situasi sebagai bahaya atau ancaman, dibanding konseli ynag menderita trait anxiety rendah, sehingga mereka akan merespon situasi yang mengancam dengan kecemasan yang lebih besar intensutasnya.
Konseli yang mengalami kecemasan tersebut di atas, pada dirinya timbul reaksi-reaksi tertentu. Pada dasarnya reaksi kecemasan ini dapat dibedakan menjadi reaksi fisiologi dan psikologi. Reaksi fisiologis adalah reaksi tubuh, terutama oleh organ-organ yang diatur oleh saraf simpatetis, seperti jantung,pembuluh darah,kelenjar,pupil,mata,sistem pencernaan, dan sisitem pembuangan. Denga adanya kecemasan, maka satu atau lebih organ-organ dalm tubuh akan mengalami penigkatan fungsinya, seperti jantung berdebar-debar, sering buang air kecil, perut rasanya nyeri, keluar keringat dingin, gemetar, dan sirkulasi darah tidak teratur. Reaksi psikologis adalah kecemasan yang biasanya disertai oleh reaksi fisiologis, seperti adanya rasa tegang, kebingungan, merasa terancam, tidak berdaya, rendah diri, kesulitan memusatkan perhatian, dan kesulitan berkonsentrasi. 

2.3.4 Masalah Stress (Stress Problem)
            Sters adalah suatu bentuk gangguan emosi yang disebabkan adanya tekanan yang tidak dapat diatasi oleh individu. Disekolah siswa mungkin baik, atau saat mereka menghadapi ujian. Sering terjadi siswa atau mahasiswa ditekan terus-menerus untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam waktu yang semakin dekat. Stres terjadi jika seseorang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik atau psikologisnya. Peristiwa-peristiwa tersebut disebut stresor, dan reaksi orang terhadap peristiwa tersebut disebut respon stres. Stres yang berlanjut dapat menimbulkan gangguan emosi yang menyakitkan seperti kecemasan dan depresi.
            Stres bisa disebbakan oleh beberapa faktor, seperti keinginan yang bertentangan, peristiwa traumatis, peristiwa yang tidak bisa dikendalikan, peristiwa yang tidak bisa diprakirakan, peristiwa di luar batas kemampuan, dan konflik internal sering sebagai sumber stres seseorang. Atkinson ,dkk. (1998) menyatakan bahwa sumber stres yang paling jelasa adalah peristiwa traumatis, seperti situasi bahaya ekstrem yang berada di luar kemampuan manusia, misalnya: bencana alam, seperti gempa bumi dan banjir: bencana buatan manusia, seperti perang dan kecelakaan nuklir: kecelakaan yang mengerikan, seperti tabrakan mobil atau pesawat terbang, penyerangan fisik, seperti pemerkosaan atau upaya pembunuhan.[10]
            Konseli yang mengalami stres ringan dn sedang masih bisa dibantu konselor dengan konseling, tetapi bila strres yang dideritanya kategori berat,  maka konselor harus merujuk (mereferal) kepada psikiater. Kasus stres berat membutuhkan penangan medis dan layanan psikoterapi.
2.3.5 Masalah Depresi (Depressio Problem)
            Depresi dikenal sebagai keluhan-keluhan umum yang dialami oleh masyarakat biasa maupun penderita yang berobat. Masalah depresi dapat digolongkan ke dalam gangguan emosi dna kepribadian yang perlu mendapatkan perhatian serius dari kalangan kedokteran bidang kesehatan jiwa, psikologis, maupun ahli konseling. Bila masalah depresi dialami konseli normal, seperti keadaan kemurungan(kesediaan, kepatahan semangat) yang ditandai oleh perasaan tidak puas, menurunnya kegiatan, pesimis menghadapi masa yang akan datang, maka kasus demikian ini dapat dibantu konselor melalui konseling. Namun bila depresi yang diderita konseli digolongkan sebagai gangguan kepribadian seperti kasus patologis kronis yaitu ketidakmampuan ekstrem untukmerangsang berlebihan sehingga konseli cenderung bunuh diri, maka kasus ini bisa direferal kepada psikiatri.
            Blackburn dan Davidson (1994), mengemukakan gejala penderita depresi berdaarkan simtoma psikologis dan biologis. Sistoma psikologis meliputi:
1)      Suasana hati, seperti kesediaan, kecemasan, dan mudah marah,
2)      Berpikir, seperti kehilangan konsentrasi, lambat dan kacau berpikir,menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, dan merasa harga dirinya rendah,
3)      Motivasi, seperti kurang minat bekerja, menghindar dari pekerjaaan dan sosial, ingin melarikan diri, dan ketergantungan tinggi
4)      Perilaku, seperti lamban, mondar-mandir, menagis, dan mengeluh

Simtoma Biologis meliputi:
1)      Hilangnya nafsu makan
2)      Hilangnya nafsu birahi
3)      Tidur terganggu
4)      Dan lamban beraktivitas

2.3.6 Masalah Konflik (Conflict Problem)
            Konflik ialah suatu bentuk pertetangan yang dialami oelh individu. Konflik yang dialami konseli bisa ditimbulkan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri konseli, dan faktor di luar diri konseli. penyebab pertama terjadi,  karena apa yang dilakukan konseli tidak sesuai dengan keyakinan konslei,  sedangkan penyebab kedua timbul bila keinginan dan harapan konseli tidak sesuai dengan kenyataan diluar dirinya. Konflik sebagai  masalah psikologis sangat mempengaruhi perilaku individu. Konseli yang mengalami konflik, perilakunya mengalami penurunan, contoh: bila mahasiswa konflik dengan dosennya, ia akan malas mengikuti kuliah dosen tersebut, contoh lain: seorang karyawan konflik dengan atasannya, menimbulkan karyawan ini mengundurkan diri dari pekerjaannya. Jadi jelas, bahwa konflik pada umumnya berdampak buruk terhadap intensitas perilaku individu.
2.3.7  Masalah Ketrgantungan (Depedence Problem)
Ketergantunganadalah suatu keadaan dimana seseorang dalam melaksankan tugas dan kewajibannya menggantungkan bantuan pihak lain. Masalah ketergantungan konseli merupakan bentuk kesulitan psikologis yang dapat dikategorikan lebih ringan bila dibandingkan dengan masalah-masalah yang diuraikan di atas. Dalam belajar, masalah ini dapat menimbulkan penurunan kemampuan peserta didik atau mahasiswa untuk mengerjakan tugas-tugasnya, sehingga belajarnya menjadi rendah. Gejala perilaku konseli yang mengalami masalah perilaku ketergantungan adalah :
1.      Gejala psikolos, seperti penurunan minat, perhatian, dan motivasi
2.      Gejala fisik, seperti malas berusaha, memandang dirinya kurang mampu, kelelahan, dan vitalitas fisik menurun.










BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dapat diambil kesimpulan berdasarkan pembahsan diatas bahwa masalah-masalah klien sebagai berikut:
1.      Masalah kecewa
Kecewa merupakan bentuk gannguan emosi yang ditimbulkan oleh ketidakserasian antara apa yang diinginkan konseli dan kenyataan yang terjadi.
2.      Masalah frustasi
Frustasi ialah suatu bentuk kekecewaan yang tidak terselesaikan akibat kegagalan yang sering terjadi di dalam mengerjakan sesuatu atau akibat tidak berhasil dalam mencapai cita-cita. Konslei yang mengalami frustasi, biasanya menampakkan gejala minat kerjanya menurun, tidak mau melakukann usaha lagi, dn kehilangan kepercayaan pada dirinya.
3.      Masalah kecemasan
e.       Kecemasan ialah suatu keadaan atau kondisi emosi yang tidka menyenagkan, dan merupakan pengalaman yang smar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya dan tidak menentu (Lazarus, 1978). Kecemasan ada 4 kecemasan normal, kecemasan abnormal, kecemasan State Anxiety, dan kecemasan Trait Anxiety
4.      Masalah stres
Sters adalah suatu bentuk gangguan emosi yang disebabkan adanya tekanan yang tidak dapat diatasi oleh individu.
5.      Masalah depresi
Masalah depresi dapat digolongkan ke dalam gangguan emosi dna kepribadian yang perlu mendapatkan perhatian serius dari kalangan kedokteran bidang kesehatan jiwa, psikologis, maupun ahli konseling.

6.      Masalah konflik
Konflik ialah suatu bentuk pertetangan yang dialami oelh individu.  Konflik yang dialami konseli bisa ditimbulkan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri konseli, dan faktor di luar diri konseli
7.      Masalah ketergantungan
Ketergantungan adalah suatu keadaan dimana seseorang dalam melaksankan tugas dan kewajibannya menggantungkan bantuan pihak lain. Masalah ketergantungan konseli merupakan bentuk kesulitan psikologis yang dapat dikategorikan lebih ringan bila dibandingkan dengan masalah-masalah yang lainnya.

3.2 Kritik dan Saran
      Penulis sangat menyadari bahwasanya makalah ini dalam penjabaran materi masih banyak kekurangan dan kesalahan.
      Untuk itu kami {penulis} mengharapkan kritik dan saran yang membangun serta mengarahkan penulis untuk dapat mengetahui kekurangan maupun kelebihannya, sehingga kita dapat sama-sama mempelajari dan membahas untuk mengasah kita menjadi orang yang berilmu pengetahuan.







DAFTAR PUSTAKA

Hartono dan Boy Soedarmadji.2012.Psikoligi Konseling.Jakarta:Kencana
Kartono, Kartini dan Dani Gul.1978.Kamus Psikologi.Bandung:Pionir Jaya
Willis.S. Sofyan.2010.Konseling Individu Teori Dan Praktek.Bandung:Alfabeta


Farid,Imam Suyuti.2007.Pokok-poko Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah.Bandung:Bulan Bintang




[1] Sofyan.S.Willis,Konseling Individu Teori Dan Praktek, (Bandung:Alfabeta,2010) hlm.111
[2] Imam Suyuti Farid, Pokok-poko Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, (Bandung:Bulan Bintang,2007) hlm.14
[3] Kartini,Kartono dan Dani Gul, Kamus Psikologi, (Bandung:Pionir Jaya,1978).hlm.12
[4]Hartono dan Boy Soedirmadji,Psikologi Konseling,(Jakarta:Kencans Perdana Media Group,2012),hlm.83
[5] Ibid,hlm 84
[6]Ibid
[7]Ibid ,hlm. 85
[8]Ibid
[9]Ibid
[10]Ibid,hlm.86